BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pembuatan makalah “Teorema Rangkaian” yang dilakukan
kami merupakan salah satu uapaya untuk memenuhi tugas dari Dosen kami, dan
suatu cara untuk mengetahui atau menambah wawasan kami tentang teorema
rangkaian.
Selain
dari pada itu dengan adanya tugas makalah ini kami telah mendapat kesempatan
untuk terjun langsung dalam membuat makalah yang selama ini selalu menjadi
tanda tanya bagi kami, dan tak luput dari itu kami juga dapat
mengsosialisasikan ilmu pengetahuan yang kami peroleh di kampus maupun diluar
kampus dan sebagai revisi dari nilai kami yang kurang baik.
B. Maksud,
Tujuan, Batasan
Masalah dan Metode Penilitian
1. Maksud
Pembuatan
makalah teoreama rangkaian adalah
merupakan suatu sistem pembelajaran yang
dilakukan di dalam Proses Belajar Mengajar dan dilaksanakan pada kampus
Politeknik PPKP Yogyakarta.
Secara umum pelaksanaan Pembuatan makalah teorema
rangkaian ditujukan untuk
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan Mahasiswa dan Mahasiswi dibidang elektronika, penyesuaian diri dengan situasi yang
sebenarnya, mengumpulkan informasi yang berkaitan langsung dengan tujuan
khusus.
Setelah melaksanakan Pembuatan makalah teorema
rangkaian secara khusus diharapkan memperoleh pengalaman
yang mencangkup tinjauan tentang pembagian dari teorema rangkaian dalam elektronika.
2. Tujuan
Memberikan
pengetahuan tentang teori teorema
rangkaian dalam elektronika agar dalam melakukan praktikum mengetahui
prangkat-prangkat yang digunakan didalam melakukan praktikum.
3. Batasan Masalah
Dalam
makalah ini kami hanya membatasi tentang teorema rangkaian secara garis besar.
4. Metode penilitian
Dalam pembuatan makalah ini kami melakuakan
pencarian informasi menggunakan media teknologi berupa internet.
BAB II
URAIAN KHUSUS
A.
Teori superposisi
Teorema superposisi adalah
salah satu cara pintar yang membuat suatu rangkaian yang terlihat
kompleks dijadikan lebih sederhana. Strategi yang digunakan pada teorema
Superposisi adalah mengeliminasi semua sumber tetapi
hanya disisakan satu sumber yang hanya bekerja pada waktu itu juga dan
menganalisa rangkaian itu dengan konsep rangkaian seri-paralel
masing-masing saat sumber bekerja sendiri-sendiri.
Lalu setelah masing-masing tegangan dan/atau arus yang tidak diketahui
telah dihitung saat sumber bekerja sendiri-sendiri, masing-masing nilai yang
telah diperoleh tadi dijumlahkan sehingga diperoleh nilai tegangan/arus yang
sebenarnya. Perhatikan contoh rangkaian berikut ini, kita akan menganalisanya menggunakan teorema
superposisi: Karena terdapat dua sumber pada rangkaian
ini, kita akan menghitung dua set nilai tegangan dan arus, masing-masing saat
sumber 28 Volt bekerja sendirian (sumber tegangan 7 V “mati”)
Dan dihitung pada saat sumber 7 volt bekerja sendirian (sumber 28 V “mati”).
Saat kita menggambar ulang rangkaian seri/paralel
dengan hanya satu sumber seperti pada rangkaian di atas, semua tegangan yang
lainnya “dimatikan”, apabila sumber itu adalah sumber tegangan maka cara
“mematiikannya” adalah dengan cara menggantinya dengan short circuit (hubung
pendek). Pertama-tama analisa rangkaian yang hanya mengandung sumber
baterai 28 V, kita akan mendapatkan nilai tegangan dan arus :
Maka dengan analisa seri-paralel
Rtotal = [R2
||R3]- – R1 = [(2
× 1) / (2 + 1)] + 4 = 4.667 Ω
Itotal = E / Rtotal
= 28 V / 4.667 Ω = 6 A
IR2 = Itotal
× (R3 / R2 + R3)
= 6 A × (1 / 1+2) = 2 A (pembagi arus)
IR3 = Itotal
× (R2 / R2 + R3)
= 6 A × (2 / 1+2) = 4 A (pembagi arus)
Jadi, drop tegangan pada masing-masing resistor dapat
dihitung
VR1 = Itotal ×
R1= (6 A) (4 Ω) = 24
V
(hukum Ohm)
VR2 = IR2
× R2 = (2 A) (2 Ω) = 4 V (hukum Ohm)
VR3 = IR3
× R3 = (4 A) (1 Ω) = 4 V (hukum Ohm)
Setelah ditentukan semua nilai arus dan
tegangan saat sumber 28 Volt bekerja, berikutnya adalah menganalisa saat sumber
7 V saja yang bekerja (sumber 28 V dimatikan dengan cara di ganti short circuit)
Analisa seri-paralel,
RT = [R1||R2]
– - R3 = [(4 × 2)/(4 + 2)] + 1 = 2.333 Ω
Itotal = E/RT
= 7 V / 2.333 Ω = 3 A = IR3
IR1 = Itotal ×
[R2 / (R1 + R2)]
= 3 × [(2 / (4 + 2)] = 1
A
(pembagi arus)
IR2 = Itotal
× [R1 / (R1 + R2)]
= 3 × [(4 / (4 + 2)] = 2
A
(pembagi arus)
VR1 = IR1
× R1 = (1 A) (4 Ω) = 4 V
VR2 = IR2
× R2 = (2 A) (2 Ω) = 4 V
VR3 = IR3
× R3 = (3 A) (1 Ω) = 43V
Setelah mendapatkan nilai-nilai saat sumber bekerja sendiri-sendiri. Kita
tinggal menjumlahkannya untuk memperoleh nilai yang sebenarnya. Namun,
perhatikan polaritas tegangannya dan arah arusnya sebelum nilai-nilai ini
dijumlahkan secara aljabar.
Setelah kita menjumlahkan nilai-nilai tegangan secara aljabar, kita
dapatkan rangkaian seperti pada gambar ini:
VR1 = VR1(saat
sumber 28 V menyala) + VR1 (saat sumber 7 V
menyala) = 24 V + (-4 V) = 20 V
VR2 = VR2(saat
sumber 28 V menyala) + VR2 (saat sumber 7 V
menyala) = 4 V + 4 V = 20 V
VR3 = VR3(saat
sumber 28 V menyala) + VR3 (saat sumber 7 V menyala) = 4 V + (-3 V) = 1 V
Begitu juga dengan nilai-nilai arusnya,
ditambahkan secara aljabar, namun perhatikan arah arusnya juga.
IR1 = IR1(saat
sumber 28 V menyala) + IR1 (saat sumber 7 V
menyala) = 6A + (-1 A) = 5 A
IR2 = IR2(saat
sumber 28 V menyala) + IR2 (saat sumber 7 V
menyala) = 2A + (2 A) = 4 A
IR3 = IR3(saat
sumber 28 V menyala) + IR3 (saat sumber 7 V menyala)
= 4A + (-3 A) = 1 A
Setelah arus-arusnya dijumlahkan secara
aljabar, diperoleh rangkaian seperti gambar berikut ini:
Begitu sederhana dan bagus bukan? Namun perlu
anda perhatikan, bahwa teorema Superposisi hanya dapat
digunakan untuk rangkaian yang bisa direduksi menjadi seri-paralel saja saat
salah satu sumber yang bekerja. Jadi, teorema ini tidak bisa digunakan untuk
menganalisa rangkaian jembatan Wheatstone yang tidak seimbang. Karena
rangkaian tersebut tidak bisa direduksi menjadi kombinasi seri-paralel. Selain
itu, teorema ini hanya bisa menghitung persamaan-persamaan yang linier. Jadi,
teorema ini tidak bisa digunakan untuk menghitung dissipasi daya, misal pada
resistor. Ingat, rumus menghitung daya adalah mengandung elemen kuadrat (P = I2R
= V2 / R). Teorema ini juga tidak berlaku apabila dalam
rangkaian itu mengandung komponen yang nilai tegangan dan
arusnya berubah-ubah.
Teorema ini bisa digunakan untuk menganalisa
rangkaian yang didalamnya mmengandung sumber dc dan ac. Kita matikan sumber ac
nya,
lalu
hanya sumber dc yang bekerja. Setelah itu sumber dc yang dimatikan,
sumber ac nya yang bekerja. Masing-masing hasil perhitungan bisa dijumlahkan
untuk memperoleh nilai yang sebenarnya.
Review :
Teorema superposisi menyatakan bahwa suatu
rangkaian dapat dianalisa dengan hanya satu sumber bekerja pada suatu waktu,
masing-masing tegangan dan arus komponen dijumlahkan secara aljabar untuk
mendapatkan nilai sebenarnya pada saat semua sumber bekerja. Untuk
mematikan sumber, sumber tegangan diganti short circuit (hubung singkat),
sumber arus diganti open circuit (rangkaian terbuka).
Pada teorema ini
berlaku bahwa : Suatu komponen atau elemen pasif yang dilalui oleh sebuah
arus yang mengalir (sebesar i) maka pada komponen pasif tersebut dapat
digantikan dengan sumber tegangan Vs yang mempunyai nilai yang sama saat arus
tersebut melalui komponen pasif tersebut.
Jika pada komponen pasifnya adalah sebuah
resistor sebesar R, maka sumber tegangan penggantinya bernilai Vs = i.R dengan
tahanan dalam dari sumber tegangan tersebut Sama dengan nol.
Rangkaian berikut dapat dianalisa dengan teori
substitusi untuk menentukan arus yang mengalir pada resistor 2Ω.
Harus diingat bahwa elemen pasif yang dilalui
oleh sebuah arus yang mengalir (sebesar i) maka pada elemen pasif tersebut
dapat digantikan dengan sumber tegangan Vs yang mempunyai nilai yang sama saat
arus tersebut melaluinya. Kemudian untuk mendapatkan hasil akhirnya analisa
dapat dilakukan dengan analisis mesh atau arus loop.
Pada teorema ini berlaku bahwa : Suatu
rangkaian listrik dapat disederhanakan dengan hanya terdiri dari sebuah sumber
tegangan yang seri dengan sebuah impedansi ekivalennya pada dua terminal yang
diamati, dimana rangkaian ini disebut sebagai rangkaian ekivalen thevenin.
Tujuan sebenarnya
dari teori ini adalah untuk menyederhanakan analisis rangkaian, yaitu membuat
rangkaian pengganti yang berupa sumber tegangan yang dihubungkan seri dengan
suatu impedansi ekivalennya.
Cara memperoleh resistansi/impedansi pengganti
(Rth/Zth) adalah impedansi masuk dilihat dari ujung-ujung AB dimana semua
sumber tegangan/sumber arus dimatikan atau dinon aktifkan (yaitu untuk sumber
tegangan digantikan dengan rangkaian short circuit dan untuk sumber arus
digantikan dengan rangkaian open circuit).
Langkah-langkah penyelesaian dengan teori Thevenin
1.
Cari
dan tentukan titik terminal A-B dimana parameter yang ditanyakan.
2.
Lepaskan
komponen pada titik A-B tersebut, open circuit kan pada terminal A-B kemudian
hitung nilai tegangan dititik A-B tersebut (VAB = Vth).
3.
Tentukan
nilai tahanan diukur pada titik A-B tersebut saat semua sumber di non aktifkan
dengan cara diganti dengan tahanan dalamnya (untuk sumber tegangan diganti
dengan rangkaian short circuit dan untuk sumber arus diganti dengan rangkaian
open circuit) (RAB = Rth).
4.
Gambarkan
kembali rangkaian pengganti Theveninnya, kemudian pasangkan kembali komponen
yang tadi dilepas dan hitung parameter yang ditanyakan.
Sumber tegangan yang dihubungserikan dengan
resistansi dapat diganti dengan sumber arus yang dihubungparalelkan dengan
resistansi yang sama atau sebaliknya.Teori ini berguna untuk menyederhanakan
rangkaian dengan multi sumber tegangan atau multi sumber arus menjadi satu
sumber pengganti (Teorema Millman).
- Ubah semua sumber tegangan ke sumber arus
- Jumlahkan semua sumber arus paralel dan tahanan paralel
- Konversikan hasil akhir sumber arus ke sumber tegangan
Teorema ini menyatakan bahwa : Transfer
daya maksimum terjadi jika nilai resistansi beban sama dengan nilai resistansi
sumber, baik dipasang seri dengan sumber tegangan ataupun dipasang paralel
dengan sumber arus dan nilai reaktansi sumber adalah negatif dari nilai
reaktansi beban.
Daya listrik ditransfer dari satu tempat ke
tempat lainnya melalui saluran transmisi. Saluran transmisi meliputi impedansi,
oleh sebab itu arus listrik yang mengalir akan menimbulkan rugi daya yang
sepanjang saluran. Pada umumnya dikehendaki meminimalkan rugi daya tersebut,
sehingga daya yang sampai ke tujuan semaksimal mungkin.
Perhatikan gambar rangkaian yang merupakan
suatu model sistem transfer daya maksimum.
ZS adalah impedansi saluran yang sudah ada jadi
tetap. Hendak ditentukan beban ZB supaya daya yang diterimanya maksimum.
Biarkan ZS = RS+jXS dan ZB = RB+jXB . RS dan XS sudah ada, jadi dianggap tetap,
RB dan XB dapat diubah secara bebas. Daya aktif beban adalah :
Supaya PB maksimum, penyebut suku terakhir
haruslah minimum yaitu salah satu persyaratan haruslah XB = -XS. Persoalan
menjadi : maksimumkan PB dengan merubah-rubah RB. Haruslah dipenuhi persyaratan
: dPB/dRB = 0.
Jadi persyaratan yang harus dipenuhi supaya
daya yang ditransfer maksimum adalah ZB = ZS* Yaitu
impedansi beban dan impedansi saluran transmisi (termasuk impedansi sumber)
saling berkonyugasi.
Karena RB =RS maka rugi daya pada saluran =
daya beban atau daya luaran sehingga efisiensi maksimum sistem adalah 50%.
Tentu hal ini tidak baik bagi suatu sistem penyaluran daya besar-besaran.
Karena itu untuk sistem penyaluran daya besar tidak digunakan prinsip transfer
daya maksimum, yang diperlukan adalah supaya rugi rugi daya dan jatuh tegangan
pada saluran transmisi seminimal mungkin untuk memenuhi permintaan daya beban
yang sudah tertentu. Ini dilakukan dengan jalan meminimalkan impedansi saluran
ZS, tentu dengan memperhatikan kriteria biaya dan konstruksi saluran.
Untuk menyalurkan
daya tertentu, jalan yang lazim ditempuh ialah menaikkan tegangan saluran
transmisi sehingga untuk menyalurkan suatu daya tertentu besar arus turun,
sehingga rugi daya turun sebanding dengan kuadrat arus.
Untuk sistem telekomunikasi, besar daya yang
ditransferkan relatif kecil, yang penting adalah informasi yang disalurkan
dapat diterima dengan jelas. Karena itu prinsip transfer daya maksimum dapat
digunakan. Menyamakan impedansi beban (misalnya impedansi penerima telepon)
dengan konyugat saluran disebut penyelarasan impedansi (impedance matching).
F.
Teori Norton
Pada teorema ini berlaku : Suatu
rangkaian listrik dapat disederhanakan dengan hanya terdiri dari satu buah
sumber arus yang dihubungparalelkan dengan sebuah tahanan/impedansi ekivelennya
pada dua terminal yang diamati.
Tujuan teori Norton adalah untuk
menyederhanakan analisis rangkaian, yaitu dengan membuat rangkaian pengganti
yang berupa sumber arus yang diparalel dengan suatu tahanan ekivalennya.
Langkah-langkah penyelesaian dengan teori Norton.
- Cari dan tentukan titik terminal A-B dimana parameter yang ditanyakan.
- Lepaskan komponen pada titik A-B tersebut, short circuit kan pada terminal A-B kemudian hitung nilai arus yang mengalir dititik A-B tersebut (IAB = Isc = IN).
- Tentukan nilai tahanan diukur pada titik A-B tersebut saat semua sumber di non aktifkan dengan cara diganti dengan tahanan dalamnya (untuk sumber tegangan diganti dengan rangkaian short circuit dan untuk sumber arus diganti dengan rangkaian open circuit) (RAB = RN = Rth).
- Gambarkan kembali rangkaian pengganti Nortonnya, kemudian pasangkan kembali komponen yang tadi dilepas dan hitung parameter yang ditanyakan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. teori Superposisi
adalah mengeliminasi semua sumber tetapi hanya disisakan satu sumber yang hanya
bekerja pada waktu itu juga dan menganalisa rangkaian itu dengan konsep rangkaian seri-paralel
masing-masing saat sumber bekerja sendiri-sendiri.
2. Teori
subtitusi adalah Suatu komponen atau elemen pasif yang dilalui oleh sebuah arus
yang mengalir (sebesar i) maka pada komponen pasif tersebut dapat digantikan
dengan sumber tegangan Vs yang mempunyai nilai yang sama saat arus tersebut
melalui komponen pasif tersebut.
3. Teori Thevenin adalah Suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan dengan hanya
terdiri dari sebuah sumber tegangan yang seri dengan sebuah impedansi
ekivalennya pada dua terminal yang diamati, dimana rangkaian ini disebut
sebagai rangkaian ekivalen thevenin.
4.
Teori Transformasi
Sumber adalah Sumber tegangan yang
dihubungserikan dengan resistansi dapat diganti dengan sumber arus yang
dihubungparalelkan dengan resistansi yang sama atau sebaliknya.Teori ini
berguna untuk menyederhanakan rangkaian dengan multi sumber tegangan atau multi
sumber arus menjadi satu sumber pengganti (Teorema Millman).
5.
Teori Transfer Daya Maksimum adalah Transfer
daya maksimum terjadi jika nilai resistansi beban sama dengan nilai resistansi
sumber, baik dipasang seri dengan sumber tegangan ataupun dipasang paralel
dengan sumber arus dan nilai reaktansi sumber adalah negatif dari nilai
reaktansi beban.
6. Teori
netron adalah Suatu rangkaian listrik dapat
disederhanakan dengan hanya terdiri dari satu buah sumber arus yang
dihubungparalelkan dengan sebuah tahanan/impedansi ekivelennya pada dua
terminal yang diamati.
DAFTAR PUSTAKA
- http://elkaasik.com/teorema-superposisi/ akses tanggal 12 Mei 2014 jam 14:30 WIB.
- http://ezkhelenergy.blogspot.com/2011/07/teori-substitusi.html/ akses tanggal 12 Mei 2014 jam 14:34 WIB.
- http://elektro-unimal.blogspot.com/2011/07/teori-thevenin.htm/ akses tanggal 12 Mei 2014 jam 15:11 WIB.
- http://elektro-unimal.blogspot.com/2011/07/teori-transformasi-sumber.html/ akses tanggal 12 Mei 2014 jam 15:08 WIB.
- http://elektro-unimal.blogspot.com/2011/07/teori-transfer-daya-maksimum.html/ akses tanggal 12 Mei 2014 jam 15:09 WIB.
- http://elektro-unimal.blogspot.com/2011/07/teori-norton.html/ akses tanggal 12 Mei 2014 jam 15:11