Kata “logika” dan “nalar” mungkin bagi sebagian besar orang cukup
menakutkan. Mereka membayangkan sesuatu semacam ujian sarjana di
perguruan tinggi. Mereka cenderung berpikir bahwa “bersikap logis”
adalah suatu karakteristik yang lebih kurang merupakan sifat keturunan
atau bawaan.
Tapi sesungguhnya, berpikir logis adalah sesuatu yang alami, seperti halnya bernafas, berjalan, melihat, makan, dan merasakan. Semuanya berkaitan dengan otak,
demikian juga dengan proses berpikir logis. Dan dalam hal ini, kita
semua memiliki jutaan rangkaian logika; dan satu bagian besar dari otak, cerebal cortex, ditugaskan untuk menanganinya.
Kita menggunakan nalar sepanjang waktu. Proses ini sedemikian alami
sehingga kita tidak pernah memperhatikannya. Itulah mengapa kita sering
merasa sangat tidak logis. Dan jika perhatian kita tidak tertuju
padanya, kita jarang menyadari saat-saat dimana kita menggunakan logika
secara alami.
Anda menerapkan proses berpikir logis untuk menyelesaikan masalah
setiap kali anda memutuskan untuk melakukan sesuatu dan tidak melakukan
yang lainnya. Misalnya saat anda memutuskan untuk memasukkan stapler ke
laci meja paling atas, bukan paling bawah, karena anda sering
menggunakan benda tersebut.
Juga saat anda memutuskan untuk mengakhiri hubungan anda dengan
seseorang karena setelah dua tahun, orang tersebut masih juga belum
tertarik untuk memberikan komitmennya.
Saat anda memutuskan berkompromi dengan dua saudara anda dalam
membagi warisan ibu, untuk menghindari hal-hal yang hanya akan
menimbulkan sakit hati dan kebencian. Dan juga saat anda memutuskan
untuk memasak kentang lebih dulu karena kentang membutuhkan waktu yang
lebih lama dalam memasaknya dibandingkan steak.
Sunday, January 5, 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)