Karya
Ilmiah Populer
Pengertian
:
Ada beberapa pengertian dari karya ilmiah populer, yakni :
·
Karya ilmiah populer merupakan karya ilmiah yang bentuk,
isi, dan bahasanya menggunakan kaidah-kaidah keilmuan, serta disajikan dalam
bahasa yang santai dan mudah dipahami oleh masyarakat awam.
·
Slamet Suseno (dalam Dalman, 2012: 156) mengemukakan bahwa
karya ilmiah populer lebih banyak diciptakan dengan jalan menyadur tulisan
orang lain daripada dengan jalan menulis gagasan, pendapat, dan pernyataannya
sendiri. Karya ilmiah populer adalah karangan ilmiah yang berisi pembicaraan
tentang ilmu pengetahuan dengan teknik penyajian yang sederhana mengenai
hal-hal kehidupan sehari-hari.
Ciri-ciri
Karya Ilmiah Populer
Karya
ilmiah (Dalman, 2012:113-114) memiliki ciri-ciri yang dapat dikaji minimal dari
empat aspek, yaitu :
1.
Struktur.
Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal,
bagian inti dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti,
sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan.
2.
Komponen dan Substansi. Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya,
namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan
daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya
abstrak.
3.
Sikap Penulis.
Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan
menggunakan kata atau gaya bahasa impersonal.
4. Penggunaan Bahasa. Bahasa yang digunakan dalam
karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata atau istilah,
dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.
Bentuk
Karya Ilmiah Populer
Bentuk karya ilmiah populer antara lain artikel, esai, dan
feature. Dilihat dari bahasanya, biasanya artikel menggunakan bahasa jurnalistik,
esai menggunakan bahasa sastra, dan feature menggunakan keduanya, bergantung
kepada jenis featurenya. Feature pengetahuan banyak menggunakan ragam
jurnalistik, namun feature human interest lebih banyak menggunakan ragam
sastra.
ARTIKEL
A. Menurut Isinya
a. Artikel Praktis Yaitu artikel
yang suka ditulis dalam majalah atau koran yang singkat dan mudah dipahami
b. Artikel Ringan Yaitu artikel yang
mudah dipahami
c. Artikel Halaman Opini Yaitu
artikel yang ditulis dihalaman opini misalnya artikel tentang pendapat dari
para pembaca
d. Artikel Analisis Ahli Yaitu
artikel yang ditulis tentang para ahli
B. Menurut Cara Dan Bentuk
Menulisnya
Deskripsi, Narasi, Eksposisi,
Argumentasi, Persuasi.
Tujuan penulisan artikel paling
misalnya;
1. Tujuan Penugasan Misalnya seorang
siswa sekolah yang diberi tujuan untuk menulis sebuah artikel.
2. Tujuan Informasi Artikel yang
tujuannya semata-mata untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai sebuah
hal.
3. Tujuan Persuasi (membujuk)
Artikel yang mengulas sesuatu hal yang didalamnya terkandung muatan pembujukan
kepada pembaca untuk melakukan suatu hal atau membeli suatu barang. Misalnya
artikel tentang diabetes yang terselip materi promosi akan suatu produk bebas
gula yang aman dikonsumsi oleh penderita diabetes. Secara tidak langsung, ini
menjadi sanggahan akan ciri obyektif sebuah artikel yang telah disebutkan
diatas.
4. Tujuan Entertainment Artikel yang
tujuannya untuk menghibur pembaca.
5. Tujuan Eksistensi Artikel yang
ditulis untuk menjadi penegasan diri atau untuk menyatakan eksistensi diri
penulis kepada pembaca.
6. Tujuan Kreatif Artikel yang
ditulis untuk penyaluran suatu ide.
7. Tujuan Pemecahan masalah Yakni
artikel yang ditulis dengan tujuan membantu pembaca
Karakteristik
Artikel
Artikel yang ditulis untuk konsumsi
surat kabar atau majalah memiliki tujuh karakteristik:
1)
Ditulis dengan
atas nama (by line story)
Artikel adalah karya individual.
Sebagai karya individual, seperti puisi atau cerpen dalam dunia fiksi, artikel
harus mencantumkan dengan jelas nama penulisnya. Untuk kategori artikel opini,
nama penulis biasanya dicantumkan di atas, di bawah judul. Sedangkan untuk
artikel di luar kategori opini seperti artikel ringan dan artikel praktis, nama
penulis biasanya agak disembunyikan dengan cara disimpan pada bagian akhir
artikel, dan itu pun ditempatkan dalam kurung.
2)
Mengandung
gagasan aktual atau kontroversi
Artikel apapun yang ditulis, hendaknya
mengandung gagasan aktual, kontroversial, atau kedua-duanya. Gagasan aktual
berarti gagasan yang sifatnya baru, belum banyak ditulis, diketahui atau
dibicarakan orang dan sesuatu yang berada di luar batas yang biasa atau yang
lazim. Artikel haruslah menghindari gagasan usang, atau sesuatu yang monoton.
Gagasan baru dan segar diasumsikan memberikan alternatif serta nilai manfaat
tinggi bagi masyarakat yang akan diperhatikan, dibicarakan, dan dijadikan
rujukan.
3)
Menyangkut
kepentingan sebagian terbesar khalayak pembaca
Seorang penulis tidak boleh asyik
sendiri. Artikel yang ditulisnya harus lebih banyak memberi manfaat bagi
kepentingan mayoritas masyarakat sesuai dengan pangsa pasar surat kabar atau
majalah yang memuat artikel tersebut. Contoh:
artikel opini
yang mengupas dampak kenaikan tarif bahan bakar minyak (BBM) terhadap tingkat
pendapatan dan beban hidup masyarakat kelas menengah dan bawah di perkotaan.
4)
Ditulis secara
referensial dengan visi intelektual
Artikel adalah karya nonfiksi yang
bertumpu pada dunia kognisi. Suatu artikel lahir dari proses kreatif
intelektual seseorang. Sebagai karya intelektual seseorang, artikel apa pun
yang ditulis haruslah didukung oleh seperangkat bacaan, pengetahuan, dan teori
yang relevan. Bacaan, pengetahuan, dan teori yang relevan itu bisa didapat dari
surat kabar, majalah, jurnal, hasil-hasil penelitian, skripsi, disertasi, buku,
internet. Artikel yang ditulis secara referensial dengan visi intelektual,
karena itu memiliki ciri, antara lain: logis, sistematis, analitis, akademis,
dan etis.
5)
Disajikan dalam
bahasa sederhana, jelas, menarik, hidup, segar, populer, komunikatif
Artikel konsumsi surat kabar dan atau
majalah harus tunduk pada bahasa jurnalistik. Bahasa jurnalistik adalah salah
satu ragam bahasa yang lazim ditemui dan digunakan dalam pers seperti surat
kabar, tabloid, dan majalah. Ciri utama bahas jurnalistik adalah sederhana,
jelas, lugas, singkat, menarik, segar, ringan dicerna, mudah diingat, mudah
dimengerti dan dipahami arti, maksud, dan arahnya (komunikatif).
6)
Singkat dan
tuntas
Singkat mengandung dua pengertian,
filosofis dan teknis. Singkat secara filosofis, berarti tidak bertele-tele,
tidak mendayu-dayu dan berputar-putar. Jadi, tulislah secara ringkas, langsung
pada pokok persoalan. Singkat secara teknis, berarti disesuaikan dengan kapling
atau ruangan yang tersedia, yang mana untuk setiap surat kabar relatif
berbeda-beda. Sebagai contoh, ada surat kabar terbitan ibu kota yang rata-rata
memuat artikel opini sepanjang 15-20 paragraf. Tetapi ada juga yang rata-rata
memuat 21-26 paragraf. Tuntas, artinya tidak bersambung ke edisi berikutnya.
Boleh saja bersambung ke halaman lain namun masih tetap dalam edisi yang sama.
7)
Orisinal
Orisinal
menunjuk pada dua hal. Pertama, artikel yang ditulis merupakan asli karya
sendiri, bukan hasil menjiplak atau membajak. Untuk menghindari plagiat, maka
seorang penulis harus menguasai sekaligus mengamalkan etika penulisan dan
penulisan secara konstan. Kedua, artikel yang ditulis harus yang asli, bukan
fotokopi atau salinannya.
Bagian-Bagian
Artikel
Pada umumnya bagian-bagian artikel terdiri atas judul (head), nama penulis (by name),
pendahuluan (intro), isi (contents)
dan penutup
(closing).
1)
Judul
Judul merupakan identitas
terpenting dari artikel yang diibaratkan seperti kepala bagi manusia.
2) Penulis (by name)
Penulis mencantumkan nama di artikelnya. Dalam menulis artikel dapat
dilakukan sendiri maupun berdua. Walaupun menulis berdua sangat jarang
dilakukan oleh penulis artikel di media massa harian, namun pada majalah ilmiah
hal ini lazim dilakukan.
3) Pendahuluan
Intro atau pendahuluan merupakan kalimat atau paragraf pembuka sebagai awal
penulisan artikel.
4) Isi
Yaitu merupakan uraian isi pesan yang disampaikan kepada pembaca.
5) Penutup
Kalimat atau paragraf pada bagian
terakhir sebagai penutup dari tulisan artikel.
Langkah Penyusunan Artikel
Koran/Majalah
Sebagai proses kreatif, menulis artikel
dibagi ke dalam tiga tahap: persiapan menulis (prewriting), pelaksanaan penulisan (writing), dan perbaikan materi tulisan (editing). Ketiga tahap ini sangat menentukan berhasil tidaknya
seseorang dalam proses penulisan artikel.
A.
Tahap Persiapan
Pada tahap ini kita harus menyiapkan
beberapa hal, antara lain:
a.
Aspek
administratif
Menyiapkan hal-hal yang sifatnya administratif
seperti mesin tik, pita mesin, komputer, tinta, kertas, pensil, stabilo, dan
sumber-sumber rujukan yang diperlukan seperti buku, surat kabar, majalah,
jurnal, kliping berita, kliping artikel. Semua sumber rujukan itu sebaiknya
sudah diberi tanda agar kita dengan cepat dan mudah membaca serta mengutipnya
pada saat pengetikan. Pastikan tak ada yang terlewat.
b.
Aspek teknis
Memastikan peralatan kerja yang kita
perlukan berfungsi dengan baik. Mesin tik atau komputer, begitu juga printer, dalam
keadaan siap dan baik untuk digunakan, tidak ada gangguan apapun. Kuasai
programnya dengan baik. Tentukan kita akan mengetik pada program apa, dan
hindari penggunaan program yang akan lebih banyak memberikan peluang kepada
kita untuk coba-coba hanya karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman.
c.
Aspek akademis
Membuat kerangka karangan (out line) sederhana untuk memudahkan
kita menulis sekaligus menghindari tumpang-tindih bahasan. Gunakan Pola 3P dan
Rumus ABC. Rumus ini sangat sederhana, mudah dipahami dan dapat dilakukan oleh
siapa pun.
d.
Aspek
psikologis
Menulis adalah kegiatan kreatif yang
sangat menyenangkan. Jangan pernah menganggap menulis adalah pekerjaan yang
memberatkan atau menjengkelkan. Karena itu buatlah suasana menulis menjadi
menyenangkan. Jika merasa nyaman dan nikmat menulis dengan ditemani musik, maka
siapkan dan putarlah musik-musik pilihan kesukaan. Siapkan pula makanan ringan
atau camilan bila diperlukan. Singkat kata, ciptakan situasi psikologis dan
biologis yang menyenangkan sehingga sanggup duduk lama di belakang mesin tik
atau komputer (sebut saja minimal tiga jam).
Untuk menulis makalah, skripsi, atau
buku, dianjurkan sanggup duduk menghadapi komputer selama 5-6 jam nonstop.
Setelah itu barulah istirahat selama satu jam, dan dilanjutkan lagi selama 3-4
jam. Agar dapat menjadi penulis produktif, kita harus disiplin. Jangan sampai
baru 15 menit mengetik sudah beralih ke pekerjaan lain, misal menonton
televisi.
Tahap Pelaksanaan Penulisan
Pada tahap
pelaksanaan penulisan, pusatkan perhatian hanya pada tulisan dan menghindari
gangguan yang bisa membatalkan ide. Dengan berpedoman pada kerangka karangan (out line) yang sudah dibuat disertai
daftar referensi yang sudah tersusun di atas meja, maka pekerjaan hanya satu:
menulis dan terus menulis.
Kehabisan
kata-kata
Masalah yang sering dialami oleh penulis adalah kehabisan kata atau tidak dapat mengembangkan pokok bahasan lagi. Menurut Haris Sumadiria, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi masalah ini,
yaitu:
1)
Penjelasan
Secara sederhana, penjelasan berarti membuat keterangan atau uraian terhadap suatu persoalan yang dibahas. Dengan memberikan penjelasan makna kata, istilah dan gagasan yang dibahas akan mudah dipahami secara lebih baik.
2)
Contoh
Kata dan kalimat yang ada pada opini biasanya merupakan gambaran hal yang bersifat abstrak. Contoh diperlukan untuk menggambarkan sesuatu yang abstrak menjadi konkret.
3)
Perbandingan
Perbandingan merupakan uraian artikel yang dapat menjelaskan kepada pembaca. Misalnya membandingkan antara negara satu dengan negara lain.
4)
Kutipan
Menyertakan kutipan merupakan salah satu cara untuk mengembangkan artikel. Kutipan dapat diambil dari kitab suci, tokoh, surat kabar, majalah, buku atau referensi-referensi lain yang
relevan dengan topik yang dibahas. Kutipan berfungsi untuk mengembangkan bahasan, mendukung, menguatkan,
serta membangun kredibilitas gagasan penulis.
5)
Statistik
Data statistik dapat menghidupkan angka-angka yang ada di artikel.
Dengan demikian, pembaca dapat terbantu dalam memahami atau mengenali apa yang ada dalam statistik.
6)
Penegasan
Penegasan yaitu menyatakan kembali suatu pokok masalah dengan penyusunan redaksi yang berbeda. Penegasan berarti memberikan penekanan pada kata atau kalimat tertentu dengan maksud untuk dijadikan rujukan bagi pembaca.
Gaya penulisan
artikel
Gaya penulisan seseorang menentukan bisa tidaknya
sebuah artikel dimuat di surat kabar. Ada beberapa gaya penulisan selain mengikuti gaya penulisan penerbit surat kabar. Diantara gaya penulisan tersebut yakni:
1) Gaya penulisan
harus kritis, analitis dan eksplanatif atau bukan karangan fiksi.
2) Hindari
penggunaan istilah atau bahasa teknis ilmiah, gunakanlah bahasa ilmiah popular,
disertai penjelasan dengan bahasa yang sederhana.
3) Alur pemaparan
harus runtut dan logis.
4) Tulisan harus
terfokus, terorganisir, punya latar belakang yang jelas.
5) Tidak
bertele-tele, bombastis atau malah vulgar.
6) Menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Penggunaan bahasa asing atau bahasa
daerah sebaiknya disertai padan kata atau penjelasan.
7) Tidak
menggunakan ungkapan kalimat klise atau normatif.
Tahap Perbaikan Materi Tulisan (Penyuntingan)
Pada tahap perbaikan
atau penyuntingan materi tulisan, kita harus membaca, memperhatikan,
mengoreksi, serta melakukan revisi terhadap beberapa hal yang menyangkut aspek
teknis dan aspek substansi (materi isi) tulisan, anatara lain meliputi:
a. Revisi judul
Baca dan
periksa kembali judul artikel yang sebelumnya kita beri status “sementara”.
Pikirkan dan putuskan apakah judul “sementara” itu akan ubah statusnya menjadi
judul “permanen”, ataukah perlu diperbaiki kembali sehingga menjadi lebih baik
dan memiliki nilai judul tinggi di mata pers dan khalayak pembaca.
b. Revisi intro
Intro adalah
bagian pembuka atau pendahuluan. Intro artikel yang baik cukup tiga paragraf.
Tak boleh dari itu dan pastikan intro yang ditulis sudah memenuhi syarat:
ringkas, menarik, dan ditulis dalam bahasa jurnalistik yang baik.
c. Revisi
komposisi
Komposisi
berarti susunan. Susunan haruslah beraturan dan artikel yang baik harus tunduk
pada hukum komposisi. Sekali keluar dari hukum komposisi, maka artikel yang
dibuat tak ubahnya permainan sirkus. Kepala dijadikan kaki, kaki dijadikan
kepala. Karena itu periksalah apakah komposisi artikel yang dibuat sudah baik.
d. Revisi akuransi
Telitilah dalam
mengutip nama seseorang, jabatan, pangkat, kedudukan, alamat, angka, tanggal,
bulan, tahun. Salah tulis, salah mengetik angka, besar akibatnya. Jangan sampai
muncul tudingan sebagai penulis ceroboh. Biasakan bekerja dengan cepat tetapi
juga tepat dan akurat. Setelah semuanya diyakini tidak ada yang salah tulis
atau salah kutip, telitilah kembali apakah data yang dikutip dan paparkan
relevan dengan pokok bahasan. Jika kurang relevan, sebaiknya kutipan atau data
tersebut dihapus.
e. Revisi ejaan
dan istilah teknis
Tanpa sadar,
kita sering menggunakan istilah-istilah teknis yang hanya dimengerti dan
dipahami oleh lingkungan sendiri yang sangat terbatas. Ganti istilah teknis itu
dengan istilah yang dipahami umum. Kalau tak terhindarkan, beri penjelasan
istilah teknis itu dalam tanda kurung.
f. Revisi
gramatika
Berkomunikasi
secara tertulis, jauh berbeda dengan berkomunikasi secara lisan. Bahasa lisan
lebih banyak menekankan pengertian. Bahasa tulis lebih menekankan pada struktur
dan makna. Berhati-hatilah dalam masalah
tata bahasa, struktur kalimat, paragraf, kata, dan ejaan. Gunakan
kalimat-kalimat pendek, tegas, jelas, sederhana, mudah dimengerti dalam membuat
paragraf.
g. Revisi bobot
dan substansi materi tulisan
Menulis tidak sekedar
untuk memberi tahu, meyakinkan, membujuk atau memengaruhi pembaca dan menghibur
mereka. Menulis juga menunjukkan kapasitas dan kredibilitas penulis. Menulis
suatu topik sebaiknya disesuaikan dengan disiplin ilmu, pengetahuan, keahlian,
atau bidang pengalaman penulis. Uji kualitatif seperti itu juga diperlukan agar
tidak salah dalam mengirim artikel.
h. Asumsi dampak
yang diharapkan
Menulis berarti
berkomunikasi. Menurut teori, komunikator yang baik adalah yang senantiasa
memperhatikan umpan balik. Komunikasi harus efektif agar mencapai hasil seperti
yang kita harapkan. Dalam kerangka inilah, kita selayaknya membuat peta asumsi
dampak yang diharapkan terhadap dan dari khalayak pembaca.
Contoh Artikel Koran/Majalah
Integritas
Kritik paling tajam untuk bangsa Indonesia saat ini
adalah: kehilangan integritas. Kita sebagai bangsa dipandang semakin jauh dari
nilai-nilai kebenaran. Carut marutnya hukum di negeri ini sebagai pertanda
nyata bahwa hukum dan aturan itu sangat relatif, tergantung siapa dan bagaimana
hukum itu diperuntukkan dan diberlakukan.
Integritas adalah sikap konsisten terhadap apa yang
diucap dengan apa yang diperbuat. Ia bisa berarti satunya kata dan perbuatan.
Apa yang diucapkan itulah yang dilakukan. Kalau diatas mimbar dia berpidato,
mari kencangkan ikat pinggang, mari hidup sederhana, mari berantas korupsi,
maka dalam perilaku keseharian pun dia akan benar-benar mengencangkan ikat
pinggang, hidup sederhana, tidak korupsi.
Berlawanan dengan integritas adalah hipokrit. Perilaku
yang tidak konsisten antara yang diucap dengan yang diperbuat. Mulut berbusa
mengatakan kencangkan ikat pinggang, hidup sederhana, anti korupsi, tetapi
sehari-hari terlihat perutnya buncit kebanyakan makan, kemana-mana naik mobil
mewah, dengan pengusaha kerjanya berkolusi. Manusia-manusia semacam inilah yang
sekarang ini justru makin banyak jumlahnya di negeri ini.
Integritas berbeda dengan jujur. Dalam integritas
otomatis terkandung makna jujur. Artinya, orang yang memiliki integritas sudah
pasti orang yang jujur, karena cenderung mengatakan hal-hal positif untuk
melakukan hal-hal yang positif. Sebaliknya, orang yang jujur belum tentu
memiliki integritas, karena jujur lebih mengarah pada apa yang diperbuat itulah
yang diucap. Dengan demikian, dalam kejujuran masih terdapat ruang untuk
mengatakan hal-hal yang negatif bila yang diperbuatnya adalah hal-hal yang
negatif. Dari perbandingan ini, kita boleh mengambil kesimpulan bahwa
integritas memiliki nilai lebih dibanding kejujuran. Orang dituntut membangun
sikap berintegritas daripada berkejujuran
Mengapa demikian? Integritas hanya dapat diperoleh dengan
membangun komitmen pribadi yang sangat kuat. Perlu konsistensi pola pikir dan
pola sikap karena keduanya harus selalu berada dalam ukuran nilai yang jelas
dan positif. Sedang jujur, terkadang perlu pemaksaan untuk mengakuinya. Seorang
penjahat perlu disiksa sampai babak belur dulu sebelum berkata jujur.
Kembali kepada
kritik untuk bangsa Indonesia tercinta, ternyata membangun integritas bangsa itu
perlu keberanian untuk mulai: kalau polisi bilang mari berantas kejahatan, bila
ada jaksa dan hakim bilang mari tegakkan keadilan, bila ada jaksa dan hakim
yang tidak adil, ya harus dicungkil. Kalau Presiden bilang mari berantas
korupsi, ya dia sendiri yang akan usut siapa saja yang terindikasi. Berani
begitu?
Tiga
Masalah Pokok Dalam Menulis Karya Ilmiah
- Masalah Empirisme. Masalah empirisme yang
dimaksudkan dalam persoalan menulis yang disebabkan oleh pengalaman di
lapangan. Ada tiga pokok yang menyebabkan orang sulit membuat tulisan,
yaitu keterbatasan penulis mengembangkan ide, pola tulisan kurang standar,
dan kurang berbobot substansi tulisan.
- Masalah Retorika. Retorika maksudnya adalah
cara mengungkapan ide. Retorika melalui tulisan tertuang dalam bentuk
kelancaran ide, linier tidaknya administrasi, pola penyajian data
pendukung, dan pola membuat kesimpulan dari suatu argumentasi. Dalam karya
ilmiah, retorika yang dianggap memiliki bobot ilmiah ialah tulisan dengan
retorika linear. Dalam bentuk tulisan, retorika ini mengacu pada jenis
wacana. Setiap jenis wacana mempengaruhi secara jelas bentuk retorika,
pilihan kata (diksi), dan tata bahasa yang digunakan penulis. Dalam aspek
ini dikenal dengan jenis wacana yaitu narasi, deskripsi, eksposisi,
argumentasi, dan persuasi.Perbedaan mendasar antara masing-masing jenis
wacana tersebut meliputi empat hal yaitu teknik penyajian alasan (reasoning),
teknik memilih urutan penyajian, teknik penggunaan diksi, dan teknik
menerapkan gaya tulisan.
- Masalah Linguistik. Masalah linguistik berarti
masalah penguasaan bahasa. Dalam aspek ini ada empat hal yang dijadikan
acuan yaitu sintaksis, gramatika, diksi dan kosa kata dan mekanik.Aspek
sintaksis ialah kemampuan penulis dalam menyajikan ide dalam bentuk kalmat
sederhana, kalimat majemuk, kalimat kompleks, dan kalimat
majemuk-kompleks. Penulis harus menunjukkan penguasaan gramatika secara
baik, benar dan standar. Kekeliruan menggunakan gramatika ini sangat
mengganggu dan menghilangkan ide. Dari aspek pilihan kata, kekeliruan
terjadi misalnya dalam penggunaan kata asing.