SELAMAT BERKUNJUNG DIBLOK INI

Loading...
Monday, December 15, 2014

Karya Ilmiah Populer

Karya Ilmiah Populer

Pengertian :

Ada beberapa pengertian dari karya ilmiah populer, yakni :
·         Karya ilmiah populer merupakan karya ilmiah yang bentuk, isi, dan bahasanya menggunakan kaidah-kaidah keilmuan, serta disajikan dalam bahasa yang santai dan mudah dipahami oleh masyarakat awam.
·         Slamet Suseno (dalam Dalman, 2012: 156) mengemukakan bahwa karya ilmiah populer lebih banyak diciptakan dengan jalan menyadur tulisan orang lain daripada dengan jalan menulis gagasan, pendapat, dan pernyataannya sendiri. Karya ilmiah populer adalah karangan ilmiah yang berisi pembicaraan tentang ilmu pengetahuan dengan teknik penyajian yang sederhana mengenai hal-hal kehidupan sehari-hari.

Ciri-ciri Karya Ilmiah Populer

Karya ilmiah (Dalman, 2012:113-114) memiliki ciri-ciri yang dapat dikaji minimal dari empat aspek, yaitu :
1.      Struktur. Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal, bagian inti dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan.
2.      Komponen dan Substansi. Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.
3.      Sikap Penulis. Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan kata atau gaya bahasa impersonal.
4.      Penggunaan Bahasa. Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata atau istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.

Bentuk Karya Ilmiah Populer
Bentuk karya ilmiah populer antara lain artikel, esai, dan feature. Dilihat dari bahasanya, biasanya artikel menggunakan bahasa jurnalistik, esai menggunakan bahasa sastra, dan feature menggunakan keduanya, bergantung kepada jenis featurenya. Feature pengetahuan banyak menggunakan ragam jurnalistik, namun feature human interest lebih banyak menggunakan ragam sastra.

ARTIKEL
A.    Menurut Isinya

a. Artikel Praktis Yaitu artikel yang suka ditulis dalam majalah atau koran yang singkat dan mudah dipahami
b. Artikel Ringan Yaitu artikel yang mudah dipahami
c. Artikel Halaman Opini Yaitu artikel yang ditulis dihalaman opini misalnya artikel tentang pendapat dari para pembaca
d. Artikel Analisis Ahli Yaitu artikel yang ditulis tentang para ahli
B. Menurut Cara Dan Bentuk Menulisnya
Deskripsi, Narasi, Eksposisi, Argumentasi, Persuasi.

Tujuan penulisan artikel paling misalnya;
1. Tujuan Penugasan Misalnya seorang siswa sekolah yang diberi tujuan untuk menulis sebuah artikel.
2. Tujuan Informasi Artikel yang tujuannya semata-mata untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai sebuah hal.
3. Tujuan Persuasi (membujuk) Artikel yang mengulas sesuatu hal yang didalamnya terkandung muatan pembujukan kepada pembaca untuk melakukan suatu hal atau membeli suatu barang. Misalnya artikel tentang diabetes yang terselip materi promosi akan suatu produk bebas gula yang aman dikonsumsi oleh penderita diabetes. Secara tidak langsung, ini menjadi sanggahan akan ciri obyektif sebuah artikel yang telah disebutkan diatas.
4. Tujuan Entertainment Artikel yang tujuannya untuk menghibur pembaca.
5. Tujuan Eksistensi Artikel yang ditulis untuk menjadi penegasan diri atau untuk menyatakan eksistensi diri penulis kepada pembaca.
6. Tujuan Kreatif Artikel yang ditulis untuk penyaluran suatu ide.
7. Tujuan Pemecahan masalah Yakni artikel yang ditulis dengan tujuan membantu pembaca

Karakteristik Artikel
Artikel yang ditulis untuk konsumsi surat kabar atau majalah memiliki tujuh karakteristik:
1)      Ditulis dengan atas nama (by line story)
Artikel adalah karya individual. Sebagai karya individual, seperti puisi atau cerpen dalam dunia fiksi, artikel harus mencantumkan dengan jelas nama penulisnya. Untuk kategori artikel opini, nama penulis biasanya dicantumkan di atas, di bawah judul. Sedangkan untuk artikel di luar kategori opini seperti artikel ringan dan artikel praktis, nama penulis biasanya agak disembunyikan dengan cara disimpan pada bagian akhir artikel, dan itu pun ditempatkan dalam kurung.
2)      Mengandung gagasan aktual atau kontroversi
Artikel apapun yang ditulis, hendaknya mengandung gagasan aktual, kontroversial, atau kedua-duanya. Gagasan aktual berarti gagasan yang sifatnya baru, belum banyak ditulis, diketahui atau dibicarakan orang dan sesuatu yang berada di luar batas yang biasa atau yang lazim. Artikel haruslah menghindari gagasan usang, atau sesuatu yang monoton. Gagasan baru dan segar diasumsikan memberikan alternatif serta nilai manfaat tinggi bagi masyarakat yang akan diperhatikan, dibicarakan, dan dijadikan rujukan.
3)      Menyangkut kepentingan sebagian terbesar khalayak pembaca
Seorang penulis tidak boleh asyik sendiri. Artikel yang ditulisnya harus lebih banyak memberi manfaat bagi kepentingan mayoritas masyarakat sesuai dengan pangsa pasar surat kabar atau majalah yang memuat artikel tersebut. Contoh:
artikel opini yang mengupas dampak kenaikan tarif bahan bakar minyak (BBM) terhadap tingkat pendapatan dan beban hidup masyarakat kelas menengah dan bawah di perkotaan.

4)      Ditulis secara referensial dengan visi intelektual
Artikel adalah karya nonfiksi yang bertumpu pada dunia kognisi. Suatu artikel lahir dari proses kreatif intelektual seseorang. Sebagai karya intelektual seseorang, artikel apa pun yang ditulis haruslah didukung oleh seperangkat bacaan, pengetahuan, dan teori yang relevan. Bacaan, pengetahuan, dan teori yang relevan itu bisa didapat dari surat kabar, majalah, jurnal, hasil-hasil penelitian, skripsi, disertasi, buku, internet. Artikel yang ditulis secara referensial dengan visi intelektual, karena itu memiliki ciri, antara lain: logis, sistematis, analitis, akademis, dan etis.
5)      Disajikan dalam bahasa sederhana, jelas, menarik, hidup, segar, populer, komunikatif
Artikel konsumsi surat kabar dan atau majalah harus tunduk pada bahasa jurnalistik. Bahasa jurnalistik adalah salah satu ragam bahasa yang lazim ditemui dan digunakan dalam pers seperti surat kabar, tabloid, dan majalah. Ciri utama bahas jurnalistik adalah sederhana, jelas, lugas, singkat, menarik, segar, ringan dicerna, mudah diingat, mudah dimengerti dan dipahami arti, maksud, dan arahnya (komunikatif).
6)      Singkat dan tuntas
Singkat mengandung dua pengertian, filosofis dan teknis. Singkat secara filosofis, berarti tidak bertele-tele, tidak mendayu-dayu dan berputar-putar. Jadi, tulislah secara ringkas, langsung pada pokok persoalan. Singkat secara teknis, berarti disesuaikan dengan kapling atau ruangan yang tersedia, yang mana untuk setiap surat kabar relatif berbeda-beda. Sebagai contoh, ada surat kabar terbitan ibu kota yang rata-rata memuat artikel opini sepanjang 15-20 paragraf. Tetapi ada juga yang rata-rata memuat 21-26 paragraf. Tuntas, artinya tidak bersambung ke edisi berikutnya. Boleh saja bersambung ke halaman lain namun masih tetap dalam edisi yang sama.
7)      Orisinal
Orisinal menunjuk pada dua hal. Pertama, artikel yang ditulis merupakan asli karya sendiri, bukan hasil menjiplak atau membajak. Untuk menghindari plagiat, maka seorang penulis harus menguasai sekaligus mengamalkan etika penulisan dan penulisan secara konstan. Kedua, artikel yang ditulis harus yang asli, bukan fotokopi atau salinannya.
Bagian-Bagian Artikel
Pada umumnya bagian-bagian artikel terdiri atas judul (head), nama penulis (by name), pendahuluan (intro), isi (contents) dan penutup (closing).
1)      Judul
Judul merupakan identitas terpenting dari artikel yang diibaratkan seperti kepala bagi manusia.
2)      Penulis (by name)
Penulis mencantumkan nama di artikelnya. Dalam menulis artikel dapat dilakukan sendiri maupun berdua. Walaupun menulis berdua sangat jarang dilakukan oleh penulis artikel di media massa harian, namun pada majalah ilmiah hal ini lazim dilakukan.
3)      Pendahuluan
Intro atau pendahuluan merupakan kalimat atau paragraf pembuka sebagai awal penulisan artikel.
4)      Isi
Yaitu merupakan uraian isi pesan yang disampaikan kepada pembaca.
5)      Penutup
Kalimat atau paragraf pada bagian terakhir sebagai penutup dari tulisan artikel.

Langkah Penyusunan Artikel Koran/Majalah
Sebagai proses kreatif, menulis artikel dibagi ke dalam tiga tahap: persiapan menulis (prewriting), pelaksanaan penulisan (writing), dan perbaikan materi tulisan (editing). Ketiga tahap ini sangat menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam proses penulisan artikel.
A.    Tahap Persiapan
Pada tahap ini kita harus menyiapkan beberapa hal, antara lain:


a.       Aspek administratif
Menyiapkan hal-hal yang sifatnya administratif seperti mesin tik, pita mesin, komputer, tinta, kertas, pensil, stabilo, dan sumber-sumber rujukan yang diperlukan seperti buku, surat kabar, majalah, jurnal, kliping berita, kliping artikel. Semua sumber rujukan itu sebaiknya sudah diberi tanda agar kita dengan cepat dan mudah membaca serta mengutipnya pada saat pengetikan. Pastikan tak ada yang terlewat.
b.      Aspek teknis
Memastikan peralatan kerja yang kita perlukan berfungsi dengan baik. Mesin tik atau komputer, begitu juga printer, dalam keadaan siap dan baik untuk digunakan, tidak ada gangguan apapun. Kuasai programnya dengan baik. Tentukan kita akan mengetik pada program apa, dan hindari penggunaan program yang akan lebih banyak memberikan peluang kepada kita untuk coba-coba hanya karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman.
c.       Aspek akademis
Membuat kerangka karangan (out line) sederhana untuk memudahkan kita menulis sekaligus menghindari tumpang-tindih bahasan. Gunakan Pola 3P dan Rumus ABC. Rumus ini sangat sederhana, mudah dipahami dan dapat dilakukan oleh siapa pun.

d.      Aspek psikologis
Menulis adalah kegiatan kreatif yang sangat menyenangkan. Jangan pernah menganggap menulis adalah pekerjaan yang memberatkan atau menjengkelkan. Karena itu buatlah suasana menulis menjadi menyenangkan. Jika merasa nyaman dan nikmat menulis dengan ditemani musik, maka siapkan dan putarlah musik-musik pilihan kesukaan. Siapkan pula makanan ringan atau camilan bila diperlukan. Singkat kata, ciptakan situasi psikologis dan biologis yang menyenangkan sehingga sanggup duduk lama di belakang mesin tik atau komputer (sebut saja minimal tiga jam).
Untuk menulis makalah, skripsi, atau buku, dianjurkan sanggup duduk menghadapi komputer selama 5-6 jam nonstop. Setelah itu barulah istirahat selama satu jam, dan dilanjutkan lagi selama 3-4 jam. Agar dapat menjadi penulis produktif, kita harus disiplin. Jangan sampai baru 15 menit mengetik sudah beralih ke pekerjaan lain, misal menonton televisi.

 Tahap Pelaksanaan Penulisan
Pada tahap pelaksanaan penulisan, pusatkan perhatian hanya pada tulisan dan menghindari gangguan yang bisa membatalkan ide. Dengan berpedoman pada kerangka karangan (out line) yang sudah dibuat disertai daftar referensi yang sudah tersusun di atas meja, maka pekerjaan hanya satu: menulis dan terus menulis.



   Kehabisan kata-kata
Masalah yang sering dialami oleh penulis adalah kehabisan kata atau tidak dapat mengembangkan pokok bahasan lagi. Menurut Haris Sumadiria, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi masalah ini, yaitu:
1)      Penjelasan
Secara sederhana, penjelasan berarti membuat keterangan atau uraian terhadap suatu persoalan yang dibahas. Dengan memberikan penjelasan makna kata, istilah dan gagasan yang dibahas akan mudah dipahami secara lebih baik.
2)      Contoh
Kata dan kalimat yang ada pada opini biasanya merupakan gambaran hal yang bersifat abstrak. Contoh diperlukan untuk menggambarkan sesuatu yang abstrak menjadi konkret.
3)      Perbandingan
Perbandingan merupakan uraian artikel yang dapat menjelaskan kepada pembaca. Misalnya membandingkan antara negara satu dengan negara lain.
4)      Kutipan
Menyertakan kutipan merupakan salah satu cara untuk mengembangkan artikel. Kutipan dapat diambil dari kitab suci, tokoh, surat kabar, majalah, buku atau referensi-referensi lain yang relevan dengan topik yang dibahas. Kutipan berfungsi untuk mengembangkan bahasan, mendukung, menguatkan, serta membangun kredibilitas gagasan penulis.
5)      Statistik
Data statistik dapat menghidupkan angka-angka yang ada di artikel. Dengan demikian, pembaca dapat terbantu dalam memahami atau mengenali apa yang ada dalam statistik.
6)      Penegasan
Penegasan yaitu menyatakan kembali suatu pokok masalah dengan penyusunan redaksi yang berbeda. Penegasan berarti memberikan penekanan pada kata atau kalimat tertentu dengan maksud untuk dijadikan rujukan bagi pembaca.
Gaya penulisan artikel
Gaya penulisan seseorang menentukan bisa tidaknya sebuah artikel dimuat di surat kabar. Ada beberapa gaya penulisan selain mengikuti gaya penulisan penerbit surat kabar. Diantara gaya penulisan tersebut yakni:
1)      Gaya penulisan harus kritis, analitis dan eksplanatif atau bukan karangan fiksi.
2)      Hindari penggunaan istilah atau bahasa teknis ilmiah, gunakanlah bahasa ilmiah popular, disertai penjelasan dengan bahasa yang sederhana.
3)      Alur pemaparan harus runtut dan logis.
4)      Tulisan harus terfokus, terorganisir, punya latar belakang yang jelas.
5)      Tidak bertele-tele, bombastis atau malah vulgar.
6)      Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Penggunaan bahasa asing atau bahasa daerah sebaiknya disertai padan kata atau penjelasan.
7)      Tidak menggunakan ungkapan kalimat klise atau normatif.

Tahap Perbaikan Materi Tulisan (Penyuntingan)
Pada tahap perbaikan atau penyuntingan materi tulisan, kita harus membaca, memperhatikan, mengoreksi, serta melakukan revisi terhadap beberapa hal yang menyangkut aspek teknis dan aspek substansi (materi isi) tulisan, anatara lain meliputi:
a.       Revisi judul
Baca dan periksa kembali judul artikel yang sebelumnya kita beri status “sementara”. Pikirkan dan putuskan apakah judul “sementara” itu akan ubah statusnya menjadi judul “permanen”, ataukah perlu diperbaiki kembali sehingga menjadi lebih baik dan memiliki nilai judul tinggi di mata pers dan khalayak pembaca.
b.      Revisi intro
Intro adalah bagian pembuka atau pendahuluan. Intro artikel yang baik cukup tiga paragraf. Tak boleh dari itu dan pastikan intro yang ditulis sudah memenuhi syarat: ringkas, menarik, dan ditulis dalam bahasa jurnalistik yang baik.
c.       Revisi komposisi
Komposisi berarti susunan. Susunan haruslah beraturan dan artikel yang baik harus tunduk pada hukum komposisi. Sekali keluar dari hukum komposisi, maka artikel yang dibuat tak ubahnya permainan sirkus. Kepala dijadikan kaki, kaki dijadikan kepala. Karena itu periksalah apakah komposisi artikel yang dibuat sudah baik.
d.      Revisi akuransi
Telitilah dalam mengutip nama seseorang, jabatan, pangkat, kedudukan, alamat, angka, tanggal, bulan, tahun. Salah tulis, salah mengetik angka, besar akibatnya. Jangan sampai muncul tudingan sebagai penulis ceroboh. Biasakan bekerja dengan cepat tetapi juga tepat dan akurat. Setelah semuanya diyakini tidak ada yang salah tulis atau salah kutip, telitilah kembali apakah data yang dikutip dan paparkan relevan dengan pokok bahasan. Jika kurang relevan, sebaiknya kutipan atau data tersebut dihapus.
e.       Revisi ejaan dan istilah teknis
Tanpa sadar, kita sering menggunakan istilah-istilah teknis yang hanya dimengerti dan dipahami oleh lingkungan sendiri yang sangat terbatas. Ganti istilah teknis itu dengan istilah yang dipahami umum. Kalau tak terhindarkan, beri penjelasan istilah teknis itu dalam tanda kurung.
f.       Revisi gramatika
Berkomunikasi secara tertulis, jauh berbeda dengan berkomunikasi secara lisan. Bahasa lisan lebih banyak menekankan pengertian. Bahasa tulis lebih menekankan pada struktur dan makna.  Berhati-hatilah dalam masalah tata bahasa, struktur kalimat, paragraf, kata, dan ejaan. Gunakan kalimat-kalimat pendek, tegas, jelas, sederhana, mudah dimengerti dalam membuat paragraf.
g.      Revisi bobot dan substansi materi tulisan
Menulis tidak sekedar untuk memberi tahu, meyakinkan, membujuk atau memengaruhi pembaca dan menghibur mereka. Menulis juga menunjukkan kapasitas dan kredibilitas penulis. Menulis suatu topik sebaiknya disesuaikan dengan disiplin ilmu, pengetahuan, keahlian, atau bidang pengalaman penulis. Uji kualitatif seperti itu juga diperlukan agar tidak salah dalam mengirim artikel.
h.      Asumsi dampak yang diharapkan
Menulis berarti berkomunikasi. Menurut teori, komunikator yang baik adalah yang senantiasa memperhatikan umpan balik. Komunikasi harus efektif agar mencapai hasil seperti yang kita harapkan. Dalam kerangka inilah, kita selayaknya membuat peta asumsi dampak yang diharapkan terhadap dan dari khalayak pembaca.

Contoh Artikel Koran/Majalah
Integritas
Kritik paling tajam untuk bangsa Indonesia saat ini adalah: kehilangan integritas. Kita sebagai bangsa dipandang semakin jauh dari nilai-nilai kebenaran. Carut marutnya hukum di negeri ini sebagai pertanda nyata bahwa hukum dan aturan itu sangat relatif, tergantung siapa dan bagaimana hukum itu diperuntukkan dan diberlakukan.
Integritas adalah sikap konsisten terhadap apa yang diucap dengan apa yang diperbuat. Ia bisa berarti satunya kata dan perbuatan. Apa yang diucapkan itulah yang dilakukan. Kalau diatas mimbar dia berpidato, mari kencangkan ikat pinggang, mari hidup sederhana, mari berantas korupsi, maka dalam perilaku keseharian pun dia akan benar-benar mengencangkan ikat pinggang, hidup sederhana, tidak korupsi.
Berlawanan dengan integritas adalah hipokrit. Perilaku yang tidak konsisten antara yang diucap dengan yang diperbuat. Mulut berbusa mengatakan kencangkan ikat pinggang, hidup sederhana, anti korupsi, tetapi sehari-hari terlihat perutnya buncit kebanyakan makan, kemana-mana naik mobil mewah, dengan pengusaha kerjanya berkolusi. Manusia-manusia semacam inilah yang sekarang ini justru makin banyak jumlahnya di negeri ini.
Integritas berbeda dengan jujur. Dalam integritas otomatis terkandung makna jujur. Artinya, orang yang memiliki integritas sudah pasti orang yang jujur, karena cenderung mengatakan hal-hal positif untuk melakukan hal-hal yang positif. Sebaliknya, orang yang jujur belum tentu memiliki integritas, karena jujur lebih mengarah pada apa yang diperbuat itulah yang diucap. Dengan demikian, dalam kejujuran masih terdapat ruang untuk mengatakan hal-hal yang negatif bila yang diperbuatnya adalah hal-hal yang negatif. Dari perbandingan ini, kita boleh mengambil kesimpulan bahwa integritas memiliki nilai lebih dibanding kejujuran. Orang dituntut membangun sikap berintegritas daripada berkejujuran
Mengapa demikian? Integritas hanya dapat diperoleh dengan membangun komitmen pribadi yang sangat kuat. Perlu konsistensi pola pikir dan pola sikap karena keduanya harus selalu berada dalam ukuran nilai yang jelas dan positif. Sedang jujur, terkadang perlu pemaksaan untuk mengakuinya. Seorang penjahat perlu disiksa sampai babak belur dulu sebelum berkata jujur.
Kembali kepada kritik untuk bangsa Indonesia tercinta, ternyata membangun integritas bangsa itu perlu keberanian untuk mulai: kalau polisi bilang mari berantas kejahatan, bila ada jaksa dan hakim bilang mari tegakkan keadilan, bila ada jaksa dan hakim yang tidak adil, ya harus dicungkil. Kalau Presiden bilang mari berantas korupsi, ya dia sendiri yang akan usut siapa saja yang terindikasi. Berani begitu?



Tiga Masalah Pokok Dalam Menulis Karya Ilmiah
  • Masalah Empirisme. Masalah empirisme yang dimaksudkan dalam persoalan menulis yang disebabkan oleh pengalaman di lapangan. Ada tiga pokok yang menyebabkan orang sulit membuat tulisan, yaitu keterbatasan penulis mengembangkan ide, pola tulisan kurang standar, dan kurang berbobot substansi tulisan.
  • Masalah  Retorika. Retorika maksudnya adalah cara mengungkapan ide. Retorika melalui tulisan tertuang dalam bentuk kelancaran ide, linier tidaknya administrasi, pola penyajian data pendukung, dan pola membuat kesimpulan dari suatu argumentasi. Dalam karya ilmiah, retorika yang dianggap memiliki bobot ilmiah ialah tulisan dengan retorika linear. Dalam bentuk tulisan, retorika ini mengacu pada jenis wacana. Setiap jenis wacana mempengaruhi secara jelas bentuk retorika, pilihan kata (diksi), dan tata bahasa yang digunakan penulis. Dalam aspek ini dikenal dengan jenis wacana yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.Perbedaan mendasar antara masing-masing jenis wacana tersebut meliputi empat hal yaitu teknik penyajian alasan (reasoning), teknik memilih urutan penyajian, teknik penggunaan diksi, dan teknik menerapkan gaya tulisan.
  • Masalah Linguistik. Masalah linguistik berarti masalah penguasaan bahasa. Dalam aspek ini ada empat hal yang dijadikan acuan yaitu sintaksis, gramatika, diksi dan kosa kata dan mekanik.Aspek sintaksis ialah kemampuan penulis dalam menyajikan ide dalam bentuk kalmat sederhana, kalimat majemuk, kalimat kompleks, dan kalimat majemuk-kompleks. Penulis harus menunjukkan penguasaan gramatika secara baik, benar dan standar. Kekeliruan menggunakan gramatika ini sangat mengganggu dan menghilangkan ide. Dari aspek pilihan kata, kekeliruan terjadi misalnya dalam penggunaan kata asing.


 
TOP

TERIMA KASIH BERKUNJUNG DIBLOK INI