A.
Latar belakang
Belajar tentang ilmu teologi, nama aliran ini sudah tidak asing lagi bagi
publik, yaitu Syiah, karena aliran ini tidak dapat terlepas dari sejarah panjang
serta lika-liku kehidupan beragama, terutama dalam islam, dan aliran syiah ini
merupakan salah satu aliran yang besar pengikutnya sampai sekarang.
Pada dewasa ini aliran syiah merupakan salah stu aliran
yang actual di bicarakan dalam berbagai media, baik media elektronik maupun
cetak. Aliran syiah telah dikecam sebagai aliran yang sesat dan menyesatkan
karena ajarnnya yang dianggap telah melanggar kaidah dalam agama islam.
Syi’ah sebagai sebuah mazhab teologi menarik untuk dibahas. Diskursus mengenai Syi’ah telah banyak dituangkan dalam berbagai kesempatan dan sarana. Tak terkecuali dalam makalah kali ini. Dalam makalah ini kami akan membahas pengertian, sejarah, tokoh, ajaran, sekte Syi’ah, dan pengaruhnya pada tahun 2012. Semoga karya sederhana ini dapat memberikan gambaran yang utuh, obyektif, dan valid mengenai Syi’ah, yang pada gilirannya dapat memperkaya wawasan kita sebagai seorang muslim, serta terhindar dari aliran yang sesat.
Syi’ah sebagai sebuah mazhab teologi menarik untuk dibahas. Diskursus mengenai Syi’ah telah banyak dituangkan dalam berbagai kesempatan dan sarana. Tak terkecuali dalam makalah kali ini. Dalam makalah ini kami akan membahas pengertian, sejarah, tokoh, ajaran, sekte Syi’ah, dan pengaruhnya pada tahun 2012. Semoga karya sederhana ini dapat memberikan gambaran yang utuh, obyektif, dan valid mengenai Syi’ah, yang pada gilirannya dapat memperkaya wawasan kita sebagai seorang muslim, serta terhindar dari aliran yang sesat.
B. Rumusan masalah
a. Pengertian Syiah
b. Sejarah munculnya syiah
c. Pokok-pokok pemikiran syiah
d. Sekte-sekte syiah
Bab 2
Pembahasan
A.
Pengertian
Syiah menurut bahasa artinya
pengikut, pendukung, atau kelompok. Sedangkan secara terminologi artinya sebagian kaum muslim yang
dalam bidang spiritual dan keagamaannya selalu merujuk pada keturunan nabi
Muhammad saw atau Ahlul Bait. Mereka
hanya menerima wahyu yang berasal dari ahlul bait dan menolak semua yang
berasal dari sahabat yang bukan ahlul bait.
Mengenai kemunculan syiah terdapat perbedaan
pendapat diantaranya,menurut abu zahra : syiah mulai muncul pada masa akhir
pemerintahan usman bin affan dan lalu
tumbuh dan berkembang pada masa pemerintahan Ali bin Abi thalib. Sedanfkan dari
kalangan syiah : syiah muncul berkaitan erat dengan pergantian khalifah nabi
Muhammmad saw dan mereka menolak pemerintahan Abu Bakar,Umar bin Khattab, dan
Usman bin Affan. Mereka beranggapan bahwa yang berhak menggantikan nabi
Muhammad saw hanyalah Ali bin abi thalib sesuai dengan hadist nabi di ghadir
khum yang secara jelas menyatakan bahwa beliau telah memilih ali untuk
menggantikannya.
Keberadaan syiah diperkuat dengan
peristiwa peperangan antara Ali dan Muawwiyah yang di kenal dengan perang
Siffin yang berkaitan dengan Arbitrase / tahkim. Sikap Ali yang menerima tahkim
yang di tawarkan oleh muawwiyah membuat pendukungnya terpecah menjadi dua
kelompok yaitu kelompok khawarij (tidak setuju dengan tahkim) dan kelompok
syiah (tetap setia dengan Ali dan tetap mendukungnya).
B.
Sejarah
Munculnya Syiah
Mengenai kemunculan syi’ah dalam sejarah terdapat perbedaan dikalangan
ahli. Menurut Abu Zahrah, syi’ah mulai muncul pasda masa akhir pemerintahan
Usman bin Affaan kemudian tumbuh dan berkembang pada masa pewmerintahan Ali bin
Abi Thalib, adapun menurut Watt, syi’ah baru benar-benar. Muncul ketika
berlangsung peperangan antara Ali dan Mu’awiyah yang dikenal dengan perang
Shiffin. Dalam peperangan ini, sebagai respon atas penerimaan Ali terhadap
arbritase yang ditawarkan Mu’awiyah. Pasukan Ali diceritakan terpecah menjadi
dua. Satu kelompok mendukung sikap Ali (Syi’ah) dan kelompok mendak sikap Ali
(Khawarij).
Kalangan syi’ah sendiri berpendapat bahwa kemunculan syi’ah berkaitan dengn masalah penganti (Khilafah) Nabi SAW. Mereka menlak kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin Khathtab, dan Usman bin Affan karena dalam pandangan mereka hanya Ali bin Abi Thalib yang berhak mengantikan Nabi SAW. Kepemimpinan Ali dalam pandangan syi’ah tersebut sejalan dengan isyarat-isyarat yang diberikan Nabi SAW, pada masa hidupnya. Pada awal kenabian ketika Muhammad SAW diperintahkan menya,paikan dakwah ke kerabatnya, yang pertama menerima adalah Ali bin Abi Thalib. Diceritakan bahwa Nabi pada saat itu mengatakan bahwa orang yang pertama menemui ajakannya akan menjadi penerus dan pewarisnya. Selain itu, sepanjang kenabian Muhammad, Ali merupakan orang yang luar biasa besar.
Bukti utama tentang sahnya Ali sebagai penerus Nabi adalah peristiwa Ghadir Khumm. Diceritakan bahwa ketika kembali dari haji terakhir, dalam perjalanan dari Mekkah ke Madinah di suatu padang pasir yang bernama Ghadir Khumm. Nabi memilih Ali sebagai pengantinya dihadapan massa yang menyertai beliau. Pada peristiwa itu, Nabi tidak hanya menetapkan Ali sebagai pemimpin umum umat (walyat-i ‘ammali), tetapi juga menjadikna Ali sebagaimana Nabi sendiri, sebagai pelindung (wali) mereka. Namun realitasnya berbicara lain.
Berlawanan dengan harpan mereka, ketika nabi wafata dan jasadnya belum dikuburkan, ada kelompok lain yang pergi ke masjid untuk menentukan pemimpin yang baru karena hilangnya pemimpin yang secara tiba-tiba, sedangkan anggota keluarga nabi dan beberapa sahabat masih sibuk dengan persiapan upacara pemakaman Nabi. Kelompok inilah yang kemudian menjadai mayoritas bertindak lebih jauh dan dengan sangat tergesa-gesa memilih pemimpin yang baru dengan alasan kesejahteraan umat dann memcahkan masalah mereka saat itu. Mereka melakukan itu tanpa berunding dahulu dengan ahlul bait, kerabat, atau pun sahabat yang pada saat itu masih mengurusi pemakaman. Mereka tidak memberi tahu sedikitpun. Dengan demikian, kawan-kawan Ali dihdapkan pada suatu hal yang sudah tak bias berubah lagi (faith accomply).
Karena kenyataan itulah muncul suatu sikap dari kalangan kaum muslimin yang menentanga kekhalifahan dan kaum mayoritas dalam masalah-masalah kepercayaan tertentu. Mereka tetap berpendapat bahwa pengganti nabi dan penguasa keagamaan yang sah adalah Ali. Mereka yakin bahwa semua masalah kerohanian dan agama harus merujuk kepadanya dan mengajak masyarakat mengikutinya. Kaum inilah yang disebut dengan kaum Syi’ah. Namun lebih dari pada itu, seperti yang dikatakan Nasr, sebab utama munculnya Syi’ah terletak pada kenyataan bahwa kemungkinan ini ada dalam wahyu islam sendiri, sehingga mesti diwujudkan.
Perbedaan pendapat dikalangan para ahli mengenai kalangan Syi’ah merupakan sesuatu yang wajar. Para ahli berpegang teguh pada fakta sejarah “perpecahan” dalam Islam yang memang mulai mencolok pada masa pemerintahan Usman bin Affan dan memperoleh momentumnya yang paling kuat pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, tepatnya setelah Perang Siffin. Adapun kaum Syi’ah, berdasarkan hadits-hadits yang mereka terima dari ahl al-bait, berpendapat bahwa perpecahan itu sudah mulai ketika Nabi SAW. Wafat dan kekhalifahan jatuh ke tangan Abu Bakar. Segera setelah itu terbentuklah Syi’ah. Bagi mereka, pada masa kepemimpinan Al-Khulafa Ar-rasyidin sekalipun, kelompok Syi’ah sudah ada. Mereka bergerak di bawah permukaan untuk mengajarkan dan menyebarkan doktrin-doktrin syi’ah kepada masyarakat.
Syi’ah mendapatkan pengikut yang besar terutama pada masa dinasti Amawiyah. Hal ini menurut Abu Zahrah merupakan akibat dari perlakuan kasar dan kejam dinasti ini terdapat ahl al-Bait. Diantara bentuk kekerasan itu adalah yang dilakukan pengusaha bani Umayyah. Yazid bin Muawiyah, umpamanya, pernah memerintahkan pasukannya yang dipimpin oleh Ibn Ziyad untuk memenggal kepala Husein bin Ali di Karbala. Diceritakan bahwa setelah dipenggal, kepala Husein dibawa ke hadapan Yazid dan dengan tonkatnya Yazid memukul kepala cucu Nabi SAW. Yang pada waktu kecilnya sering dicium Nabi. Kekejaman seperti ini menyebabkan kebagian kaum muslimin tertarik dan mengikuti mazhab Syi’ah, atau paling tidak menaruh simpati mendalam terhadap tragedy yang menimpa ahl al-bait.
Dalam perkembangan selain memperjuangkan hak kekhalifahan ahl-al bait dihadapan dinasti Ammawiyah dan Abbasiyah, syi’ah juga mengembangkan doktrin-doktrinnya sendiri. Berkitan dengan teologi, mereka mempunyai lima rukun iman, yakni tauhid (kepercayaan kepada kenabian), Nubuwwah (Percaya kepada kenabian), Ma’ad (kepercyaan akan adanya hidup diakhirat), imamah (kepercayaan terhadap adanya imamah yang merupakan ahl-al bait), dan adl (keadaan ilahi). Dalam Ensiklopedi Islam Indonesia ditulis bahwa perbedaan antara sunni dan syi’ah terletak pada doktrin imamah. Meskipun mempunyai landasan keimanan yang sama, syi’ah tidak dapat mempertahankan kesatuannya. Dalam perjalanan sejrah, kelompok ini akhirnya tepecah menjadi beberapa sekte. Perpecahan ini terutama dipicu oleh masalah doktrin imamah. Diantara sekte-sekte syi’ah itu adalah Itsna Asy’ariyah, Sab’iyah. Zaidiyah, dan Ghullat
Kalangan syi’ah sendiri berpendapat bahwa kemunculan syi’ah berkaitan dengn masalah penganti (Khilafah) Nabi SAW. Mereka menlak kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin Khathtab, dan Usman bin Affan karena dalam pandangan mereka hanya Ali bin Abi Thalib yang berhak mengantikan Nabi SAW. Kepemimpinan Ali dalam pandangan syi’ah tersebut sejalan dengan isyarat-isyarat yang diberikan Nabi SAW, pada masa hidupnya. Pada awal kenabian ketika Muhammad SAW diperintahkan menya,paikan dakwah ke kerabatnya, yang pertama menerima adalah Ali bin Abi Thalib. Diceritakan bahwa Nabi pada saat itu mengatakan bahwa orang yang pertama menemui ajakannya akan menjadi penerus dan pewarisnya. Selain itu, sepanjang kenabian Muhammad, Ali merupakan orang yang luar biasa besar.
Bukti utama tentang sahnya Ali sebagai penerus Nabi adalah peristiwa Ghadir Khumm. Diceritakan bahwa ketika kembali dari haji terakhir, dalam perjalanan dari Mekkah ke Madinah di suatu padang pasir yang bernama Ghadir Khumm. Nabi memilih Ali sebagai pengantinya dihadapan massa yang menyertai beliau. Pada peristiwa itu, Nabi tidak hanya menetapkan Ali sebagai pemimpin umum umat (walyat-i ‘ammali), tetapi juga menjadikna Ali sebagaimana Nabi sendiri, sebagai pelindung (wali) mereka. Namun realitasnya berbicara lain.
Berlawanan dengan harpan mereka, ketika nabi wafata dan jasadnya belum dikuburkan, ada kelompok lain yang pergi ke masjid untuk menentukan pemimpin yang baru karena hilangnya pemimpin yang secara tiba-tiba, sedangkan anggota keluarga nabi dan beberapa sahabat masih sibuk dengan persiapan upacara pemakaman Nabi. Kelompok inilah yang kemudian menjadai mayoritas bertindak lebih jauh dan dengan sangat tergesa-gesa memilih pemimpin yang baru dengan alasan kesejahteraan umat dann memcahkan masalah mereka saat itu. Mereka melakukan itu tanpa berunding dahulu dengan ahlul bait, kerabat, atau pun sahabat yang pada saat itu masih mengurusi pemakaman. Mereka tidak memberi tahu sedikitpun. Dengan demikian, kawan-kawan Ali dihdapkan pada suatu hal yang sudah tak bias berubah lagi (faith accomply).
Karena kenyataan itulah muncul suatu sikap dari kalangan kaum muslimin yang menentanga kekhalifahan dan kaum mayoritas dalam masalah-masalah kepercayaan tertentu. Mereka tetap berpendapat bahwa pengganti nabi dan penguasa keagamaan yang sah adalah Ali. Mereka yakin bahwa semua masalah kerohanian dan agama harus merujuk kepadanya dan mengajak masyarakat mengikutinya. Kaum inilah yang disebut dengan kaum Syi’ah. Namun lebih dari pada itu, seperti yang dikatakan Nasr, sebab utama munculnya Syi’ah terletak pada kenyataan bahwa kemungkinan ini ada dalam wahyu islam sendiri, sehingga mesti diwujudkan.
Perbedaan pendapat dikalangan para ahli mengenai kalangan Syi’ah merupakan sesuatu yang wajar. Para ahli berpegang teguh pada fakta sejarah “perpecahan” dalam Islam yang memang mulai mencolok pada masa pemerintahan Usman bin Affan dan memperoleh momentumnya yang paling kuat pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, tepatnya setelah Perang Siffin. Adapun kaum Syi’ah, berdasarkan hadits-hadits yang mereka terima dari ahl al-bait, berpendapat bahwa perpecahan itu sudah mulai ketika Nabi SAW. Wafat dan kekhalifahan jatuh ke tangan Abu Bakar. Segera setelah itu terbentuklah Syi’ah. Bagi mereka, pada masa kepemimpinan Al-Khulafa Ar-rasyidin sekalipun, kelompok Syi’ah sudah ada. Mereka bergerak di bawah permukaan untuk mengajarkan dan menyebarkan doktrin-doktrin syi’ah kepada masyarakat.
Syi’ah mendapatkan pengikut yang besar terutama pada masa dinasti Amawiyah. Hal ini menurut Abu Zahrah merupakan akibat dari perlakuan kasar dan kejam dinasti ini terdapat ahl al-Bait. Diantara bentuk kekerasan itu adalah yang dilakukan pengusaha bani Umayyah. Yazid bin Muawiyah, umpamanya, pernah memerintahkan pasukannya yang dipimpin oleh Ibn Ziyad untuk memenggal kepala Husein bin Ali di Karbala. Diceritakan bahwa setelah dipenggal, kepala Husein dibawa ke hadapan Yazid dan dengan tonkatnya Yazid memukul kepala cucu Nabi SAW. Yang pada waktu kecilnya sering dicium Nabi. Kekejaman seperti ini menyebabkan kebagian kaum muslimin tertarik dan mengikuti mazhab Syi’ah, atau paling tidak menaruh simpati mendalam terhadap tragedy yang menimpa ahl al-bait.
Dalam perkembangan selain memperjuangkan hak kekhalifahan ahl-al bait dihadapan dinasti Ammawiyah dan Abbasiyah, syi’ah juga mengembangkan doktrin-doktrinnya sendiri. Berkitan dengan teologi, mereka mempunyai lima rukun iman, yakni tauhid (kepercayaan kepada kenabian), Nubuwwah (Percaya kepada kenabian), Ma’ad (kepercyaan akan adanya hidup diakhirat), imamah (kepercayaan terhadap adanya imamah yang merupakan ahl-al bait), dan adl (keadaan ilahi). Dalam Ensiklopedi Islam Indonesia ditulis bahwa perbedaan antara sunni dan syi’ah terletak pada doktrin imamah. Meskipun mempunyai landasan keimanan yang sama, syi’ah tidak dapat mempertahankan kesatuannya. Dalam perjalanan sejrah, kelompok ini akhirnya tepecah menjadi beberapa sekte. Perpecahan ini terutama dipicu oleh masalah doktrin imamah. Diantara sekte-sekte syi’ah itu adalah Itsna Asy’ariyah, Sab’iyah. Zaidiyah, dan Ghullat
C.
Pokok-pokok
pemikiran syiah
Antara lain :
a.
Tauhid
Kaum
syiah mengimami sepenuhnya bahwa Allah itu ada, maha esa, tunggal, tempat
bergantung segala mahluk, tidak beranak dan tidak diperanakan, dan tidak ada
yang menyamainya. Mereka juga mempercayai sifat sifat Allah SWT
b.
Al-‘Adl
Kaum syiah
meyakini bahwa Allah itu Maha Adil tidak melakukan perbuatan dzalim dan buruk.
c.
An-Nubuwwat
Kepercayaan
syiah terhadap para nabi tidak berbeda dengan keyakinan umat muslim yang lain.
d.
Al imamah
Menurut syiah
imamah berarti kepemimpinan dalam kepengurusan agama dan dunia sekaligus. Ia
pengganti rosul dalam memelihara syariat, melaksanakan hudud, dan mewujudkan
kebaikan dan ketentraman umat.
e.
Al-Ma’ad (
tempat kembali )
Kaum
syiah sangat percaya bahwa hari akhir pasti terjadi.
D.
Sekte
sekte syiah
a.
Syiah isna asya’iriyah
( Imamiyah )
Dinamakan
syiah imamiyah karna dasar aqidahnya dalah persoalan tentang imam dalam arti
pimpinan religio politik. Mereka sepakat bahwa Ali adalah penerima wasiat dari
nabi muhammad untuk menjadi khalifah. Dalam pandangan mereka bahwa imam yang
ke-12 yaitu Imam Mahdi yang di yakini
ghaibah ( menghilang dan menyembunyikan ) dan di tunggu kehadirannya untuk
memimpin di muka bumi ini di saat kerusakan dan kemaksiatan menyelimuti bumi
sehingga ia diharapkan dapat memimpin bumi dengan penuh keadilan. Mereka
menyebutnya dengan Imam Al-Mahdi
Al-muntazhar.
Doktrin
doktrin syiah imamiyah antara lain
1.
Tauhid
2.
Keadilan
3.
Nubuwwat
4.
Ma’ad
5.
Imamah
b.
Syiah sab’iyyah
Sesuai
dengan namanya, mereka hanya mengakui tujuh imam di antaranya :
1.
Ali bin abi
thalib
2.
Hasan bin ali
3.
Husain bin ali
4.
Ali zainal
abidin
5.
Muhammad
al-bakir
6.
Ja’far
ash-shadiq
7.
Ismail bin
ja’far
Adapun istilah ismailiyah nisab kepada imam mereka yang
ke tujuh yaitu ismail bin ja’far. Dan doktrin syiah sab’iyyah adalah :
a.
Imam
b.
Thaharoh
c.
Shalat
d.
Shoum
e.
Haji
f.
Jihad
c.
Hal hal ekstrim
syiah sabiyyah
Menurut
mereka Alquran memiliki makna lahir dan makna batin. Dan makna batin ini hanya
dpat diketahui oleh imam yang bisa jadi boleh tidak melaksanakan kewajiban
syariat berdasarkan makna batin yang diperolehnya. Sab’iyyah juga mentakwilkan
anjuran anjuran dalam alquran misalnya tentang puasa ditakwilkan dengan menahan
diri dari menyebarkan rahasia rahasia imam, dan haji ditakwilkan dengan
mengunjungi imam, bahkan ada yang menggugurkan kewajiban ibadah bagi imam dan
bagi yang mengetahui takwil. Adapun mengenai sifat Allah, syiah sab’iyyah sama
halnya dengan mu’tazillah yang meniadakan sifat bagi dzat Allah. Penetapan
sifat bagi Allah sama halnya dengan penyerupaan Allah dengan mahluk.
d.
Syiah Zaidayah
Di namakan zaidayah di ambil dari nama Zaid bin Ali yang di akui
sebagai imam yang ke limabukan Muhammad Al-baqir yang juga putra dari imam
keempat, Ali Zainal abidin. Dikatakan Syiah Zaidiyah merupakan sekte yang
paling moderat dan paling dekat dengan sunni. Menurut zaidiyah bahwa orang yang
akan mewarisi kepemimpinan nabi tidaklah di tentukan nama dan orangnya oleh
nabi melainkan sifat-sifatnya saja. Kebetulan Ali adalah orang yang memenuhi
sifat tersebut.
Syiah Zaidiyah berpendapat bahwa untuk menjadi seorang
imam/khalifah harus memiliki kriteria sebagai berikut:
1.
Keturunan ahlul
bait
2.
Memiliki
kemampuan berperang
3.
Orang yang
intelektual sehingga boleh mengangkat imam mafdal meskipun ada afdal.
Adapun
doktrin doktrin syi’ah zaidiyah adalah:
1.
Boleh
mengangkat imam mafdul, sehingga Abu bakar dan umar adalah kholifah yang sah
2.
Seorang yang
sudah di bai’at oleh ahlu al-hil wa al waqdi untuk menjadi kholifah maka ia
telah sah menjadi kholifah
3.
Mereka tidak
mengkafirkan seorangpun dari kalangan sahabat
4.
Orang yang
melakukan dosa besar maka akan kekal di neraka jika tidak bertaubat
5.
Menolak nikah
mut’ah
6.
Menolak taqiyah
(menyembunyikan keyakinan gina melindungi diri dari bahaya)
e.
Syi’ah ghulat
Sesuai
namanya ini adalah kelompokpendukung Ali yang berlebih-lebihan atau ghuluw(ekstrim)
yang menempatkan ali pada derajat ketuhanan, dan menjadikan beberapa orang
sebagai nabi tarakhir setelah nabi Muhammad. Di samping itu mereka memiliki
dopktrin yang ekstrim seperti tanasukh, hulul, tasbih dan ibaha.
Pada
awalnya kelompok ini hanya satu yanh di ajarkan oleh Abdsullah bin Saba’ yang mengajarkan
bahwa ali adalah tuhan. Kemudian ghulat ini terbagi menjadi beberapa sekte,
antara lain:
-
Sabahiyah
-
Kamaliyah
-
Albaiyah
-
Mughriyah
-
Mansuriyah
-
Khattabiyah
-
Khayaliyah
-
Hisyamiyah
-
Nu’miyah
-
Yunusiyah
-
Nasyisyiyah wal
Ishaqiyah
Adapun doktrin
doktrinya adalah sebagai berikut:
a.
Tanasukh yaitu
keluarnya roh dari satu jasad dan mengambil tempat pada jasad yang lain.
b.
Bada’ yaitu
keyakinan bahwa Allah mengubah kehendakNya
c.
Raj’ah yaitu
ada hubunganya dengan mahdiyyah. Syiah ini percaya bahwa Imam Mahdi Al Muntazar
akan datang ke bumi.
Tasbih yaitu
syiah ghulat menyerupakan salah satu imam mereka dengan tuhan,
Bab 3
Bab 3
Penutup
Kesimpulan
Syiah
menurut bahasa artinya pengikut, pendukung, atau kelompok. Sedangkan
secara terminologi artinya sebagian kaum
muslim yang dalam bidang spiritual dan keagamaannya selalu merujuk pada
keturunan nabi Muhammad saw atau Ahlul
Bait. Mereka hanya menerima wahyu yang berasal dari ahlul bait dan menolak
semua yang berasal dari sahabat yang bukan ahlul bait.
Kalangan
syi’ah sendiri berpendapat bahwa kemunculan syi’ah berkaitan dengn masalah
penganti (Khilafah) Nabi SAW. Mereka menlak kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin
Khathtab, dan Usman bin Affan karena dalam pandangan mereka hanya Ali bin Abi
Thalib yang berhak mengantikan Nabi SAW.
Di
dalam Syiah sendiri juga terdapat banyak perbedaan antara kaum syiah, dan
hasilnya ialah timbul beberapa sekte-sekte dalam syiah yang berbeda antara
ajanya.
Daftar pustaka
Husni, Muhamad. (2012) Teologi Islam.Padang Panjang
Nasution, Harun. (2002) Teologi
islam..jakarta:penerbit
UI (UI-press)