SELAMAT BERKUNJUNG DIBLOK INI

Loading...
Sunday, August 10, 2014

BIOGRAFI Abah Najib Mamba’ul ‘Ulum


Abah Najib Mamba’ul ‘Ulum adalah pengasuh pondok pesantren Al-Luqmaniyyah yang lahir pada tanggal 5 januari 1971, dari pasangan Romo KH Salimi  dan Ibu Nyai Bunyanah. Semenjak kecil beliau sudah dididik keras dalam urusan Agama oleh Romo KH. Salimi. Beliau mengenyam pendidikan formal hanya sampai SD, bahkan ijasahnya pun tidak diambil.
Setelah lulus SD Abah Najib Mamba’ul ‘Ulum berangkat nyantri ke Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo. Pada waktu itu Pondok Pesantren API diasuh oleh Romo KH. Abdurrahman Chudori setelah wafatnya Romo KH. Chudori yang merupakan pendiri Pondok Pesantren API Tegalrejo. Abah Najib Mamba’ul ‘Ulum nyantri di Pondok Pesantren API Tegalrejo selama kurang lebih lima belas tahun.
Semenjak nyantri di Tegalrejo beliau sudah gemar riyadloh (tirakat) diantaranya beliau melaksanakan puasa senin kamis, jamaah, puasa daud, ngrowot dan lain sebagainya. Dan bahkan Abah Najib melaksanakan ngrowot  sampai akhir hayat beliau. Beliau  termasuk santri kinasih (kesayanagan) Romo KH. Abdurrahman Chudori. Walaupun demikian beliau tidak lantas sakpenakke dewe (berkehendak semaunya), beliau tetap tekun belajar dan menaati semua peraturan-peraturan Pondok Pesantren yang berlaku.

Setelah boyong dari Pondok Pesantren API Tegalrejo, beliau mempersunting Ibu Nyai Hj. Siti Chamnah Najib putri dari Romo KH. Chudlori Abdul Aziz Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Ngrukem Bantu Yogyakarta. Dari pernikahan tersebut beliau dikaruniai dua orang putra yang ganteng-ganteng dan satu orang putri yang cantik dan imut. Putra pertama beliau diberi nama Gus Muhammad Abdullah Falah, putra yang ke dua diberi nama Gus Muhammad Alwi Masduq dan yang terakhir adalah neng ‘Abdah iqtada. 
Abah Najib diberi amanah oleh ayahanda beliau yaitu Romo KH. Salimi untuk mengasuh sebuah Pondok Pesantren yang terletak ditengah kota Yogyakarta yaitu di jl. Babaran Gg. Cemani 759 P/UH V Kalangan Umbulharjo 55161. Pondok Pesantren itu di beri nama Al-Luqmaniyyah karena dinisbatkan pada muassisnya (pendiri) yang bernama Bapak H. Luqman Jamal Hasibuan. Bapak H. Luqman Jamal Hasibuan mendirikan Pondok Pesantren tersebut atas rasa syukur yang telah diberikan oleh Allah berupa kesembuhan dari penyakit yang diderita beliau melalui lantaran Romo KH. Salimi, karena sudah berbagai pengobatan yang beliau lakukan tidak kunjung sembuh. Bapak H. Luqman Jamal Hasibuan memasrahkan pondok tersebut kepada Romo KH. Salimi  untuk menjadi pengasuh, namun karena beliau telah mempunyai Pondok Pesantren sendiri yaitu Pondok Pesantren As-Salimiyyah yang terletak di Cambahan Mlangi Sleman Yogyakarta, maka beliau mengamanahkan Pondok Pesantren Al-luqmaniyyah tersebut kepada Abah Najib Mamba’ul ‘Ulum untuk menjadi pengasuh. Pondok Pesantren Al-Luqmaniyyah diresmikan oleh Romo KH. Salimi pada tanggal 9 februari 2000.
Dalam mengajar, beliau memiliki metode-metode yang berbeda disetiap tingkatan santrinya. Awalnya basic Pondok Pesantren Al-Luqmaniyyah  itu tentang fikih tapi karena ada kendala  tentang mata pelajaran alat (nahwu) , lalu akhirnya nahwu yang lebih di tekankan dan menjadi basic pesantren sampai saat ini. Metode yang dipakai beliau setiap pelajaraan berbeda-beda dari I’dady sampai Tahtim. Metode yang digunakan kelas Alfiyah yaitu semua santri wajib belajar, presentasi (yang tidak presentasi juga wajib belajar karena akan ditunjuk) dan runtut, sedangkan yang selain kelas Alfiyah yaitu dengan diberi PR dan metodenya tidak runtut. Dapat diambil pelajaran di sini bahwa beliau sangat mementingkan proses belajar santri-santrinya.
            Selain belajar, Abah Najib juga mendidik para santri agar melakukan riyadloh (tirakat). Beliau  menyusruh para santri yang baru masuk pada saat sowan untuk tirakat seperti disuruh puasa senin kamis, membaca al-Qur an sehari satu juz, ngrowot, ziarah, jamaah lima waktu dan lain sebagainya sesuai kemampuan para santri. Hal ini beliau lakukan agar kelak para santri mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan barokah. Meskipun Pondok Pesantren Al-Luqmaniyyah menekankan agar santrinya melakukan tirakat tapi proses pendidikan juga sangat diperhatikan oleh beliau. Beliau selalu mengabsen santri-santrinya satu-persatu, sehingga antara tirakat dan pendidikan sejalan. Untuk beliau, yang penting proses belajarnya.
            Ciri khas dari beliau Abah Najib adalah menganggap ngaji itu penting, tidak mudah meninggalkan mengajar dalam kelas. Apabila tidak bisa mengajar, beliau pasti sudah menyiapkan badal (pengganti) untuk mengajar. Dalam memberi hukuman kepada para santri, setidaknya beliau memarahi kalau tidak ngaji, dan di sesuaikan tingkat pelanggaran santri, semisal ngantuk dalam kelas biasanya akan dilempar dengan penghapus atau sepidol.
            Dalam mendidik santrinya, beliau menyuruhnya riyadoh, dapat menempatkan pada kehidupan sosial, dan peka terhadap lingkungan sekitar. Beliau sangat paham dengan santrinya meskipun santri tidak mengetahuinya. Kepekaan batiniah beliau lebih kuat daripada lahiriahnya. Beliau ingin mencetak santri yang tahan banting supaya dalam masyarakat dapat menempatkan dirinya dan  tidak mudah terpengaruh. Beliau juga tidak menginginkan kesuksesan santri itu secara instan. Berbeda lagi ketika beliau mendidik putra-putrinya dan masyarakat. Ketika mendidik putra-putrinya kadang keras, kadang sangat dengan kasih sayang (menuruti apa yang mereka inginkan kemudian diberi nasehat). Tuntutan mengaji tetap ada tapi tidak sekeras kepada santrinya.
Sedangkan dalam masyarakat, beliau memberi bantuan solusi dan ikut andil di dalamnya. Bagi mereka yang sedang punya masalah, seperti apabila ada seseorang yang bertamu dan mengungkapkan kalau dia tidak mempunyai pekerjaan lalu beliau memeberi modal kepada tamu tersebut. Beliau memberi kasih sayang yang lebih dan yang penting tamu merasa terayomi.
Ada banyak riyadloh yang Abah Najib laksanakan sampai akhir hayat beliau, setidaknya ada minimal lima bentuk riyadloh yang terlihat secara kasat mata. Pertama keistiqomahan beliau dalam segala hal terutama dalam hal ibadah. Diceritakan bahwa Abah Najib tidak pernah meninggalkan majelis pengajian jamaah malem selasa meskipun dalam keadaan apapun. Beliau rela pulang hanya satu hari dari Kalimantan dalam acara Muktamar NU seluruh Indonesia dan kembali lagi kesana demi menghadiri rutinan majelis pengajian jamaah malem selasa.
Riyadloh Kedua yang beliau lakukan ialah setiap malam beliau tidak pernah sare (tidur) sampai fajar tiba. Beliau selalu menerima tamu untuk mengobrol dan diskusi hingga fajar. Ketiga beliau selalu memulyakan dan menghormati tamu yang berkunjung pada beliau tanpa membeda-bedakannya, bahkan setiap tamu selalu di suruh untuk dahar (makan). Keempat beliau selalu ziarah ke makam-makam Auliya’ pada hari-hari tertentu dan mengajak sebagian jamaah untuk ikut dengan beliau. Dan yang terakhir Abah Najib masih ngrowot (tidak makan nasi) sampai akhir hayat beliau.
Ada empat wasiat yang Abah Najib sampaikan sebelum beliau kembali ke Rahmat Allah. Pertama, penerus pengasuh Pondok Pesantren Al-Luqmaniyyah  adalah putra pertama beliau yaitu Gus Muhammad Abdullah Falah dibantu oleh keluarga. Pada waktu itu Gus Muhammad Abdullah Falah baru berusia sebelas tahun (kelas lima SD). Karena belum memungkinkan menjadi pengasuh, maka pengasuh Pondok Pesantren Al-Luqmaniyyah sekarang di pegang oleh Ibu Nyai Hj. Siti Chamnah Najib di bantu oleh keluarga.
Kedua, teruskan dan istiqomahkan majelis pengajian jamaah malem selasa. Sekarang pengajian malem selasa tersebut dipimpin oleh Kyai Nasihin dan Kyai Nur Charis. Beliau berdua merupakan kakak dan adik dari Al-Marhum Al-Magfurlah KH. Najib mamba’ul ‘Ulumalhamdulilah juga dibantu oleh Romo KH. Chudlori Abdul Aziz yang merupakan moro sepah beliau (mertua beliau).  Majelis pengajian jamaah malem selasa tersebut alhamdulilah masih diistiqomahkan sampai sekarang dan insya Allah akan terus diistiqomahkan seperti pesan wasiat beliau.
Wasiat yang ketiga ialah santri-santri Pondok Pesantren Al-Luqmaniyyah harus meneruskan kegiatan pesantren seperti biasa. Dan wasiat yang terakhir beliau adalah teruskan dan istiqomahkan kegiatan rutinan maupun awrod (wirid-wirid) yang sudah dirintis dan dijalankan. Itulah empat wasiat yang disampaikan beliau pada saat beliau dirawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyyah Yogyakarta.
Abah Najib Mamba’ul ‘Ulum mengalami musibah kecelakaan di Kabupaten Kudus pada waktu ziarah Waliyullah ke Jawa Tengah. Beliau dirawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyyah Yogyakarta selama empat hari. Dan beliau kembali ke Rahmat Allah setelah melaksanakan oprasi pada mustoko (kepala) beliau. Abah Najib Mamba’ul ‘Ulum wafat pada tanggal 30 September 2011 / 2 Dzulqo’dah 1432 H. Semua keluarga, santri, jamaah dan tamu tidak menyangka beliau akan secepat itu dipanggil Allah karena setelah dioperasi beliau terlihat segar, bugar dan sehat, bahkan beliau sampai menghabiskan satu setengah buah apel dan beliau juga meminta rokok. Namun karena ruangan berAC maka beliau urungkan niat beliau untuk merokok. Dan beliau juga sempat memeluk Gus Falah dan Gus Masduq di samping kanan dan kiri beliau.
Beliau Al-Marhum Al-Magfurlah Abah Najib Mamba’ul ‘Ulum dimakamkan di komplek pemakaman Mlangi Kabupaten Sleman Yogyakarta. Semoga beliau diberikan tempat yang paling baik disisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan semoga kami semua warga Pondok Pesantren Al-Luqmaniyyah diberi kekuatan dan keistiqomahan oleh Allah dalam melaksanakan wasiat beliau Abah Najib Mamba’ul ‘Ulum. Amien Amien Ya Robbal ‘Alamien.


NB:
Apabla terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam memaparkan profil beliau Abah Najib Mamba’ul ‘Ulum kami mohon dengan sangat saran dan masukan dari semua pihak sekian dan terimakasih.
sumber : buku ziarah 2014



 
TOP

TERIMA KASIH BERKUNJUNG DIBLOK INI